Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

5 Alasan Jangan Mudik Dulu Lebaran Ini

21 Mei 2020   22:20 Diperbarui: 21 Mei 2020   22:11 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa dokumen yang harus disiapkan. Selain surat sehat terbebas virus Covid-19 dari rumah sakit, juga harus ada surat pendukung lain. Itu pun tujuannya bukan untuk mudik untuk merayakan Idulfitri di kampung halaman setelah itu pulang kembali ke perantauan. Namun, untuk urusan pekerjaan, bisnis, atau hal lain yang mendesak. Kasus seperti saya misalnya, ada keluarga yang meninggal.

Terkadang, surat-surat tersebut bisa saja diakali. Bagi warga +62 apa sih yang tidak bisa, tetapi untuk apa? Setelah lelah berpuasa di Bulan Ramadan, menyucikan diri dan hati di bulan penuh ampunan dengan berbagai ibadah wajib dan sunnah, masa menjelang Hari Kemenangan malah dengan sengaja berbohong?

Repot dengan Aturan PSBB

Alasan saya mengurungkan niat untuk mudik lebaran tahun ini juga karena khawatir dengan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Saya khawatir setelah saya sampai Jakarta malah terlunta-lunta. Terlebih operasional angkutan umum massal dibatasi, kendaraan juga dijaga ketat untuk keluar masuk zona merah di kawasan Jabodetabek.

Jangan sampai, sudah jauh-jauh pergi dari Batam, disuruh balik lagi. Repot dan mahal diongkos hehe. Walaupun mungkin tidak seekstrim itu, terlebih bila saya memegang surat sakti --surat keterangan kematian nenek saya dari kantor desa setempat. Keluarga yang kemalangan, kan diperbolehkan pulang kampung.

Namun, tetap saja perjalanan menjadi sangat tidak nyaman. Mudik sebenarnya kan untuk bersenang-senang. Untuk merayakan Hari raya Idulfitri dengan penuh kegembiraan. Bila perjalanannya sangat berliku dan terjal, kalau menurut saya pribadi, lebih baik ditunda hingga waktu yang lebih memungkinkan.

Tidak Leluasa Menikmati Suasana Kampung Halaman

Selain melepas kangen dengan keluarga tercinta, mudik saat Hari Raya Idulfitri juga biasanya dimanfaatkan untuk menikmati suasana di kampung halaman. Biasanya kita sekalian berwisata ke tempat-tempat wisata di kota kelahiran, atau di kota tetangga yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Namun, saat pandemi Covid-19 tidak akan bisa berwisata seperti itu. Tempat wisata tutup untuk mendukung program pemerintah menekan laju penularan virus Covid-19. Selama mudik tersebut paling sama saja seperti saat di perantauan, tetap tinggal di rumah. Tidak leluasa pergi ke mana-mana.

Apalagi perantau yang pulang kampung biasanya dikenakan isolasi selama 14 hari. Ada yang isolasi mandiri di rumah keluarga yang bersangkutan, ada yang diisolasi di tempat yang disiapkan oleh perangkat desa. Nah, lho! Bila harus isolasi mandiri selama 14 hari di tempat yang disiapkan oleh perangkat desa, sia-sia dong mudik?

Kita tetap tidak bisa berkumpul dengan keluarga besar untuk merayakan Hari Raya Idulfitri. Selain itu, bila yang bekerja di suatu perusahaan atau instansi, memang punya waktu libur sepanjang itu? Kalaupun kantor menerapkan working from home, biasanya ada hari-hari tertentu karyawan/pegawai harus masuk kantor untuk menjalankan piket.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun