Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

Saat Kota Industri Mati Listrik Setiap Hari

3 Mei 2019   21:44 Diperbarui: 6 Agustus 2019   14:48 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari tribunnews.com

Pelayanan publik apa yang paling dikeluhkan warga Batam, Kepulauan Riau, saat ini? Jawabannya pasti adalah listrik. Pasalnya hampir dua bulan ini, listrik di kota yang setidaknya memiliki 22 kawasan industri ini byar pet. Listrik mati setiap hari. 

Tak hanya di kawasan pemukiman, tetapi juga sudah merambah ke kawasan industri.

Berdasarkan keterangan Bright PLN yang dirilis Tribun Batam, pemadaman listrik tersebut akibat beberapa mesin milik PLN rusak karena faktor alam. 

Rusaknya mesin tersebut menyebabkan pasokan listrik berkurang sehingga terpaksa aliran listrik kepada pelanggan dihentikan secara bergantian.

Durasi Padam Semakin Lama

Saat awal-awal pemadaman bergilir, durasi mati listrik hanya sekitar tiga jam per hari. Namun dua hari terakhir ini waktu pemadaman bertambah hingga empat jam. Kamis (2/5) malah di tempat saya tinggal, mati listrik hingga 4,5 jam. Mati pukul 08.00, hidup kembali pukul 12.30.

Tak hanya itu, pemadaman juga terkadang lebih cepat dari jadwal. Rabu (1/5) jadwal pemadaman listrik di tempat saya tinggal diinformasikan sekitar pukul 20.30 hingga 22.30, namun pukul 18.00 sudah mati. 

Mungkin si petugas salah melihat jadwal, tak sampai lima menit hidup kembali. Namun kemudian pukul 19:00 dimatikan kembali, listrik baru hidup sekitar pukul 22.30.

Saat awal-awal pemadaman, hari libur nasional dan akhir pekan pemadaman listrik bergilir dihentikan sementara. Sehingga, warga lebih leluasa beraktivitas. 

Pihak Bright PLN melalui media menjanjikan tidak akan ada pemadaman listrik saat akhir pekan. Namun sejak beberapa hari terakhir ini, tidak peduli libur nasional ataupun akhir pekan, pemadaman listrik bergilir lanjut terus. 

Sabtu besok (4/5), di tempat saya tinggal bahkan sudah dijadwalkan akan mati listrik dari pukul 13.00 hingga 16.00.

Pada pengumuman yang dipublikasikan melalui media sosial resmi Bright PLN Batam, memang diberitahukan bahwa jadwal padam dapat berubah sesuai kondisi sistem kelistrikan Batam. 

Namun, mati listrik tiba-tiba lumayan membuat "sakit kepala". Terutama saat memiliki bayi yang baru mulai makan makanan pendamping ASI. Masalahnya untuk mengolah makanan si bayi, butuh listrik.

Bagi pelanggan domestik, pemadaman bergilir umumnya hanya mengganggu aktivitas sehari-hari. Tidak bisa memasak dengan menggunakan alat-alat listrik, tidak bisa menikmati hiburan melalui alat elektronik, atau terpaksa harus berpanas ria karena tidak dapat memutar kipas angin atau pengatur suhu ruangan. 

Hal yang sedikit parah, paling alat-alat elektronik rusak dan tagihan listrik sedikit membengkak.

Namun coba bayangkan kerugian yang dialami pelanggan industri atau bisnis. Ada berapa banyak tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional perusahaan karena pemadaman bergilir yang terjadi setiap hari selama berjam-jam? 

Bahan bakar untuk genset kalau digunakan berjam-jam, setiap hari pula, lumayan juga lho.

Kalau si perusahaan itu memiliki genset yang dapat mengcover seluruh kegiatan perusahaan, kalau tidak, terpaksa pekerjaan harus ditunda. 

Akhirnya si karyawan hanya duduk-duduk manis "ngerumpi", atau mungkin ada yang lebih ekstrim, pihak perusahaan memulangkan karyawan. Daripada di kantor tidak melakukan kegiatan yang seharusnya, lebih baik pulang, kan?

Banyak yang menggadang-gadang industri di Batam sedikit lesu. Jangan sampai akibat ketidakhandalan energi listrik, industri di Batam kian terpuruk. Ingat lho, listrik merupakan elemen penting untuk sebuah industri. 

Bila tidak ada listrik, bagaimana industri dapat berkembang dengan baik?

Jangka Waktu Listrik Kembali Normal Terus Mundur

Pada akhir Maret 2019, Humas Brigt PLN Batam Suprianto melalui Posmetro mengungkapkan listrik di Batam diharapkan akan kembali normal pada awal April 2019.

Lalu pada awal April 2019, Corporate Secretary Bright PLN Batam, Denny Hendri Wijaya, melalui Tribun Batam menyatakan bahwa listrik di Batam akan kembali stabil pada H-7 pemilihan umum, atau 10 April 2019. 

Namun nyatanya hingga April 2019 berlalu, pemadaman listrik masih terus berlangsung.

Kemudian pada akhir April 2019, Direktur Utama Bright PLN Batam Dadan Kurniadipura yang juga dirilis oleh Tribun Batam menjanjikan masalah kelistrikan di Batam akan selesai pada awal Mei 2019, tepatnya pada 5 Mei 2019.

Namun nyatanya, Sabtu besok pemadaman listrik masih akan berlangsung. Eh, tapi Sabtu masih tanggal 4 Mei, masih ada sisa satu hari sebelum tanggal 5 Mei 2019. Ah, semoga tepat pada 5 Mei 2019, listrik di Batam betul-betul kembali normal seperti yang dijanjikan.

Saat Margin Keuntungan Menipis Memaksa Naik Tarif, Saat Daya Listrik Defisit Hanya Meminta Maaf?

Listrik di Batam dikelola oleh swasta, meski masih di bawah naungan PT PLN. Operasional listrik di Batam dilakukan secara mandiri, tanpa subsidi. Artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk "menerangkan" Kota Batam seluruhnya dibiayai oleh pelanggan, tanpa subsidi dari pemerintah.

Alhasil pengelolaan listrik di Batam harus untung. Bila merugi, bagaimana perusahaan bisa leluasa mengalirkan energi listrik seperti yang diharapkan. 

Hal tersebut wajar sebenarnya. Itu makanya pada akhir 2017 lalu Bright PLN Batam sempat ketar-ketir saat biaya operasional dengan pendapatan yang diterima (katanya) kian menipis.

Meski saat itu energi listrik di Batam surplus, PLN sempat melakukan pemadaman bergilir hingga berhari-hari. Hal tersebut dikarenakan harga jual listrik kepada pelanggan masih dibawah harga biaya pokok produksi. 

Rudi Antono yang saat itu menjadi Sekretaris Pelaksana Harian Bright PLN Batam mengungkapkan, akibat harga jual lebih rendah Bright PLN Batam merugi. Meski ia enggan menyebutkan secara rinci berapa kerugian yang dialami.

Jujur saya agak gemas. Dulu saat kelistrikan di Batam baik, sengaja dibuat byar pet karena situasi saat itu tidak menguntungkan Bright PLN Batam. 

Pelanggan seolah dipaksa setuju untuk membayar kenaikan tarif yang sudah disetujui oleh Gubernur Kepulauan Riau. Tiba-tiba harus membayar tagihan listrik lebih tinggi, padahal sebelumnya tidak ada sosialisasi terkait kenaikan tarif listrik.

Nah, sekarang setelah tarif listrik naik sesuai dengan harapan Bright PLN Batam, tiba-tiba listrik byar pet karena ada kerusakan di alat Bright PLN Batam, terus masyarakat harus menerima begitu saja keadaan tersebut. 

Tidak ada pilihan, tidak ada kompensasi. Padahal dulu saat meminta tarif listrik dinaikan, gembar-gembor berjanji, setelah tarif naik tidak akan ada lagi pemadaman bergilir.

Bright PLN Batam memang sudah mengupayakan menyewa alat dari luar negeri, tetapi prosesnya sangat memakan waktu.

Saya tidak tahu secara pasti kerusakan di pembangkit listrik Bright PLN karena apa. Namun seharusnya dapat diantisipasi lebih cepat. Sejak jauh-jauh hari memiliki cadangan alat bila ada hal-hal yang tidak diinginkan. 

Kalaupun memang tidak memungkinkan alat tersebut "dicadangkan", seharusnya antisipasi dari kerusakan tersebut bisa lebih cepat.

Bila Bright PLN Batam bisa "memaksa" pelanggan untuk naik tarif agar tidak merugi, seharusnya pelanggan juga bisa memaksa Bright PLN Batam untuk selalu menyediakan pasokan listrik yang handal! 

Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun