Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Seru, Berkeliling di Pasar Ramadhan Tanjung Uma, Batam

27 Mei 2018   20:44 Diperbarui: 30 Mei 2018   04:56 3172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Putu piring. | Dokumentasi Pribadi

Mungkin itu makanya ya, jajanan-jajanan khas Melayu selalu habis sebelum jam menunjukan pukul 17.00 WIB. Bahkan saat saya mengantre untuk mendapatkan beberapa bungkus putu piring, ada ibu-ibu yang mengeluh dengan sedih. Pasalnya ia sengaja berangkat dari daerah sekitar Bandar Udara Hang Nadim ke Tanjung Uma hanya untuk membeli putu piring, sampai di sana ternyata sudah habis. Kalaupun masih ada sudah menjadi milik orang lain dan tinggal di kukus.

Jangan terkecoh, Pasar Ramadhan Tanjung Uma ada di permukiman penduduk
Beberapa kilo meter sebelum Pasar Ramadhan Tanjung Uma ada banyak penjual makanan untuk berbuka di sepanjang jalan. Bila baru pertama kali datang, bisa terkecoh menyangka itu adalah Pasar Ramadhan Tanjung Uma, padahal bukan. Umumnya penjual di lokasi tersebut menjual masakan rumahan dan kue-kue.

Ibu penjual putu piring. Lima kilo adonan habis dalam waktu kurang dari tiga jam. | Dokumentasi Pribadi
Ibu penjual putu piring. Lima kilo adonan habis dalam waktu kurang dari tiga jam. | Dokumentasi Pribadi
Begitu juga saat sampai di lapangan, ada tenda-tenda yang berderet rapi yang menjual beragam penganan, termasuk ikan bakar. Bila tidak melihat gerombolan orang yang belok ke arah kiri, saya sempat menyangka, jangan-jangan Pasar Ramadhan Tanjung Uma seudah pindah ke lapangan tersebut.

Namun ternyata tidak, Pasar Ramadhan Tanjung Uma tetap berada di lokasi biasa yang sudah mereka rintis sejak tahun 1990-an. Bazar di sekitar lapangan merupakan penjual tambahan yang sepertinya disponsori oleh salah satu (calon) anggota DPD RI. Entah betul atau tidak. Saya hanya melihat nama dan foto si bapak calon tercetak di tenda-tenda yang berderet rapi tersebut.

Bazar di lapangan sebelum lokasi Pasar Ramadan Tanjung Uma. | Dokumentasi Pribadi
Bazar di lapangan sebelum lokasi Pasar Ramadan Tanjung Uma. | Dokumentasi Pribadi
Saya tidak sempat berbelanja di bazar tersebut, hanya melihat sepintas. Namun bila waktu yang dimiliki cukup singkat, namun ingin menikmati aneka seafood segar tangkapan nelayan yang diolah penduduk sekitar Tanjung Uma, bisa juga membeli di tenda tersebut. Sepertinya sama saja. Hal yang jadi pembeda hanya suasana dan pilihan jajanan.

Bila di Pasar Ramadhan Tanjung Uma suasananya memang sangat ramai, kampung yang berubah jadi pasar, makanan dan jajanan yang ditawarkan juga luar biasa beragam, namun di tenda-tenda sekitar lapangan jenisnya sedikit terbatas. Mungkin karena penjualnya juga lebih sedikit.

Namun saya sempat membeli cendol di sekitar lapangan, pertamanya saya merasa rasa cendol mah sama aja di mana pun kita beli, namun ternyata tidak, cendol yang dibuat ibu-ibu itu lebih segar. Selain itu, meski saya simpan di lemari es lebih dari 24 jam --karena membeli terlalu banyak, rasanya tidak berubah, juga tidak basi. Padahal saat saya membeli cendol di tempat lain, atau es buah, disimpan dari waktu berbuka ke waktu sahur saja sudah tidak lagi layak konsumsi karena basi, padahal sama-sama disimpan di lemari es.

Saya dan es cendol yang endess. Abaikan muka anak saya yang cemberut karena kelamaan jalan kaki hehe. | Dokumentasi Pribadi
Saya dan es cendol yang endess. Abaikan muka anak saya yang cemberut karena kelamaan jalan kaki hehe. | Dokumentasi Pribadi
Anw, kalau mau pergi ke Pasar Ramadhan Tanjung Uma harus memperhitungkan waktu. Bila perlu pergi sejak pasar buka, yakni pukul 14:00 WIB. Bila mepet ke waktu berbuka, selain lebih penuh sesak pengunjung, juga tidak puas berkeliling. Ujung-ujungnya seperti saya dan suami.

Akhirnya karena tidak keburu berbuka puasa di rumah, kami berbuka puasa di salah satu gerai makan di DC Mall. Makanan dan jajanan yang dibeli di pasar tersebut, sebagian di makan saat buka, sebagian saat sahur, sebagian lagi saat berbuka puasa esok harinya. Efek penasaran ingin mengelilingi semua penjual. Maklum ibu-ibu hehe.

Kalau teman-teman Kompasianer sendiri, pasar Ramadhan mana yang paling favorit? Berbagi cerita yuk di kolom komentar. Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun