Mungkin itu makanya ya, jajanan-jajanan khas Melayu selalu habis sebelum jam menunjukan pukul 17.00 WIB. Bahkan saat saya mengantre untuk mendapatkan beberapa bungkus putu piring, ada ibu-ibu yang mengeluh dengan sedih. Pasalnya ia sengaja berangkat dari daerah sekitar Bandar Udara Hang Nadim ke Tanjung Uma hanya untuk membeli putu piring, sampai di sana ternyata sudah habis. Kalaupun masih ada sudah menjadi milik orang lain dan tinggal di kukus.
Jangan terkecoh, Pasar Ramadhan Tanjung Uma ada di permukiman penduduk
Beberapa kilo meter sebelum Pasar Ramadhan Tanjung Uma ada banyak penjual makanan untuk berbuka di sepanjang jalan. Bila baru pertama kali datang, bisa terkecoh menyangka itu adalah Pasar Ramadhan Tanjung Uma, padahal bukan. Umumnya penjual di lokasi tersebut menjual masakan rumahan dan kue-kue.
Namun ternyata tidak, Pasar Ramadhan Tanjung Uma tetap berada di lokasi biasa yang sudah mereka rintis sejak tahun 1990-an. Bazar di sekitar lapangan merupakan penjual tambahan yang sepertinya disponsori oleh salah satu (calon) anggota DPD RI. Entah betul atau tidak. Saya hanya melihat nama dan foto si bapak calon tercetak di tenda-tenda yang berderet rapi tersebut.
Bila di Pasar Ramadhan Tanjung Uma suasananya memang sangat ramai, kampung yang berubah jadi pasar, makanan dan jajanan yang ditawarkan juga luar biasa beragam, namun di tenda-tenda sekitar lapangan jenisnya sedikit terbatas. Mungkin karena penjualnya juga lebih sedikit.
Namun saya sempat membeli cendol di sekitar lapangan, pertamanya saya merasa rasa cendol mah sama aja di mana pun kita beli, namun ternyata tidak, cendol yang dibuat ibu-ibu itu lebih segar. Selain itu, meski saya simpan di lemari es lebih dari 24 jam --karena membeli terlalu banyak, rasanya tidak berubah, juga tidak basi. Padahal saat saya membeli cendol di tempat lain, atau es buah, disimpan dari waktu berbuka ke waktu sahur saja sudah tidak lagi layak konsumsi karena basi, padahal sama-sama disimpan di lemari es.
Akhirnya karena tidak keburu berbuka puasa di rumah, kami berbuka puasa di salah satu gerai makan di DC Mall. Makanan dan jajanan yang dibeli di pasar tersebut, sebagian di makan saat buka, sebagian saat sahur, sebagian lagi saat berbuka puasa esok harinya. Efek penasaran ingin mengelilingi semua penjual. Maklum ibu-ibu hehe.
Kalau teman-teman Kompasianer sendiri, pasar Ramadhan mana yang paling favorit? Berbagi cerita yuk di kolom komentar. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H