Saya jago makan, tetapi kalau masak NO! Namun setelah menikah, sebagai bentuk tanggung jawab seorang istri kepada suami (dan anak) sesekali masak juga. Terlebih saat memasuki Bulan Ramadan. Setidaknya saya masak untuk santapan sahur, kalau untuk berbuka puasa lebih sering beli jadi.
Sebeneranya bukan karena benci mengolah makanan, tetapi lebih kepada tidak bisa memasak. Terkadang saat membeli bahan makanan sudah terbayang mau dibikin apa, cari resep di internet, pas sudah jadi rasanya jauh dari yang dibayangkan. Jadi, daripada 'boros" membuang bahan makanan, lebih baik beli jadi saja.
Meski demikian, ada beberapa olahan yang saya kuasai cukup baik. Terkadang malah daripada beli, lebih baik bikin sendiri. Rasanya lebih enak, mungkin karena bahan-bahan yang digunakan sesuai dengan selera yang kita suka. Kalau beli kan, mau tidak mau, memang harus mau. Tidak bisa memilih mau pakai ini, atau tidak mau pakai itu. Apalagi untuk masakan rumahan.
Salah satu olahan andalan saya adalah sup daging sapi. Saya paling suka bikin masakan ini. Berkuah dan mudah dibuat. Tinggal cemplang, cempung, kasih bumbu, jadi. Meski memang proses memasaknya memakan waktu yang sedikit lama, terlebih bila menggunakan alat manual yang hanya digodok, tidak dipresto dagingnya.
Saat Ramadan, sup daging ini menjadi andalan. Biasanya saya membuat sup ini sore menjelang berbuka. Sehingga, sup bisa dimanfaatkan dua kali, saat berbuka dan sahur. Agar tidak bosan, makanan pendampingnya dibedakan. Misalkan pas berbuka puasa kita menyajikan sup, parkedel jagung, kerupuk ikan, sambal terasi, dan irisan sayuran untuk pelengkap sup, seperti buncis, kol, kentang dan wortel.
Sementara untuk sahur, menu pelengkap yang dipilih yang lebih gampang lagi dimasak, maklum waktu untuk memasak lebih terbatas, kecuali kita mau repot-repot bangun tengah malam --bukan dinihari menjelang imsak, seperti tahu/tempe, sambal cabe rawit, kerupuk kulit, mentimun, dan irisan brokoli yang sudah dikukus untuk campuran sup.
Biasanya campuran sayuran untuk sup suka saya pisahkan. Tujuannya agar sayuran yang kita santap untuk campuran sup selalu segar. Bila sudah nyempulung sejak kemarin sore khawatir jadi kurang segar. Selain itu, biar lebih variatif juga. Jadi yang sama hanya sup dagingnya saja, yang lain tetap berbeda.
Bila membuat sup saya memang suka sekalian agak banyak, apalagi saat Ramadan. Menurut saya sih, membuat sup dengan porsi sedikit dengan porsi yang sedikit lebih banyak, waktu menggodoknya sama. Mending buat sup yang bisa untuk dimakan dua hingga tiga kali kan, apalagi bila rasanya lezat, porsi yang seharusnya dua kali makan, bisa habis dalam waktu satu kali makan.
Terlebih bila sudah membuat sup, hati saya saat mau tidur sedikit tenang. Saya berpikir, kalaupun nanti saat sahur bangun terlalu mepet ke waktu imsak, masih oke. Makan nasi pakai sup pun sudah lumayan lezat kan? Apalagi sup kan tinggal dipanaskan beberapa menit saja agar terasa hangat.
Selain Praktis, Banyak Manfaat
Saya selalu ingat petuah kakek, dulu saat masih kecil --kala masih suka terkantuk-kantuk di waktu sahur, kakek mengatakan minum air hangat, makan dengan kuah sayur yang hangat, biar kantuknya hilang. Entah mitos, entah fakta, namun saya merasakan manfaat tersebut. Setelah minum air hangat dan menyesap kuah sayur, mata rasanya lebih segar, makan juga lebih lahap, mungkin karena ada bantuan air yang mendorong nasi ke dalam perut.
Setelah beberapa waktu, saya tak sengaja juga menemukan beberapa artikel yang mengulas manfaat sup untuk kesehatan. Ternyata bila dikonsumsi dengan jumlah yang pas, sup daging tidak hanya nikmat untuk menggoyang lidah, namun juga bisa meningkatkan kesehatan. Konon katanya dapat melawan infeksi dan virus flu dalam tubuh. Selain itu mempercepat pemulihan pasca sakit.
Sup juga katanya mudah dicerna oleh tubuh, bahan makanan dalam sup juga lumayan lengkap dengan nutrisi yang dapat kita atur sendiri kandungannya, mulai dari protein, kalori, kalsium, vitamin hingga serat. Bila diumpamakan, sup itu seperti kanvas putih. Kita bisa "melukis" apapun sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu sup juga katanya bisa menahan air lebih lama dalam tubuh, sehingga rasa lapar dapat tertunda lebih lama. Jadi, cocok banget kan bila disajikan sebagai menu untuk sahur? Apalagi bila saya tidak sempat memasak sup, ada warung makan dekat rumah yang menjual sup lumayan enak. Sehingga, satu jam sebelum sahur terkadang meluncur ke sana untuk membeli satu hingga dua mangkuk sup.
Bahan (untuk 6-7 porsi)
1/2 kilogram daging sapi yang sudah dipotong-potong sesuai selera.
1/2 kilogram tulang sapi, terkadang saya campur juga dengan tetelan agar terasa lebih gurih.
2 liter air.
2 batang daun bawang, potong-potong.
2 batang seledri, potong-potong.
1 buah bawang bombay berukuran sedang dipotong-potong.
1 buah tomat.
5 butir cengkeh.
5 sentimeter kayu manis.
Gula, merica dan garam bubuk secukupnya.
Aneka sayuran --kentang, wortel, buncis, kubis, brokoli, kacang merah, bisa disesuaikan dengan selera.
Margarin atau minyak goreng secukupnya untuk menumis bumbu.
Bumbu Halus
7 siung bawang putih.
1 sendok teh merica butir.
Cara Membuat
Rebus daging, tulang dan tetelan sapi dalam air yang sudah mendidih untuk mengurangi lemak dan darah. Biasanya saya rebus sekitar lima menit atau bila sudah terlihat busa-busa yang lumayan banyak. Agar daging dan tulang sapi tersebut ada rasa gurih-gurih asinnya, saya campurkan juga garam secukupnya.
Didihkan 2 liter air. Setelah mendidih, masukan kayu manis, cengkeh, daging, tulang, dan tetelan sapi hingga sedikit empuk.
Tumis bumbu halus dan bawang bombay hingga harum.
Masukan bumbu halus kedalam rebusan daging dan tulang, kemudian masukan gula, garam, dan merica. (Tidak usah diberi penyedap rasa lagi karena sudah gurih)
Setelah daging empuk, masukan seledri dan daun bawang. (bila suka taburkan juga bawang goreng)
Di wadah terpisah rebus sayuran sesuai selera. Setelah matang, dicampurkan dengan sup yang sudah dipindahkan ke dalam wadah sesuai dengan yang akan dikonsumsi saat itu, termasuk irisan tomat, bila suka. Setelah itu dihidangkan.
Sisa sup dipisahkan, nanti kita hangatkan kembali untuk sahur, atau untuk jam makan berikutnya. Selamat mencoba!
Kalau teman-teman Kompasianer sendiri, apa yang menjadi makanan favorit dan terbaik untuk sahur? Berbagi cerita yuk di kolom komentar. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H