Kejadian tersebut tidak hanya sekali, namun terus berulang. Saya sempat memberikan masukan, secara baik-baik maupun tidak baik-baik, tetapi tetap saja seperti itu. Alhasil karena malas makan hati, saya akhirnya tidak pernah lagi berbelanja di kedai makan tersebut, meski terkadang kangen mencicipi mie siramnya yang lumayan enak.
Setelah beberapa waktu berlalu, saya sempat kembali berbelanja di kedai makan tersebut karena katanya pengelolanya sudah berganti, namun ternyata pelayanannya sama saja karena juru masaknya masih sama. Akhirnya, saya pilih-pilih waktu bila membeli makanan disana, bila ramai saya lebih memilih membeli makanan di tempat lain.
Saya sebenarnya tipikal pelanggan yang tidak terlalu bermasalah bila menunggu pesanan dalam waktu yang cukup lama. Namanya juga kedai yang ramai dikunjungi pembeli, kalau harus menunggu ya sudah risiko. Akan tetapi bila menunggu lama karena diselak antrian saya tidak suka. Seharusnya yang lebih dulu datang, lebih dulu dilayani.
Tidak Menerapkan "Etika" yang Baik
Ada satu tempat makan lagi yang menjadi andalan saya kala tidak sempat (atau malas) memasak. Pada hari-hari tertentu, saya malah bisa membeli makanan untuk makan siang dan makan malam di tempat tersebut. Sehingga, saya bisa beberapa kali bolak-balik ke tempat makan itu.
Namun kini tidak lagi, saat saya memergoki si pekerja kedai makan menjatuhkan ayam goreng yang saya pesan ke lantai. Pekerja tersebut sepertinya tidak hati-hati saat mengambil ayam tersebut dari penggorengan, sehingga ayamnya meluncur ke lantai yang ia injak yang warnanya sudah berubah dari putih menjadi kecoklatan karena terpapar tanah.
Pekerja tersebut terlihat gelagapan, namun kemudian ia kembali tenang dan mengambil ayam tersebut. Awalnya saya kira akan ia buang, namun ternyata ia masukan ke styrofoam. Sambil cengar-cengir dengan pekerja yang satunya lagi, ia kemudian memanggil saya, mengatakan bahwa makanan yang saya pesan sudah siap.
Sontak saya emosi, namun berusaha tenang. Apalagi saya juga sudah menandai dari jauh styrofoam mana yang berisi ayam goreng yang tadi jatuh. Setelah membayar semua pesanan, lalu saya bilang ke pekerja tersebut, "Tadi ayam ini sudah jatuh ke lantai kan? Kenapa masih dikasih ke saya?"
Tanpa menunggu reaksi dari pekerja tersebut, langsung saya lempar ayam itu ke tempat sampah yang tak jauh dari sana. Meski tidak saya makan, sengaja ayam goreng itu saya bayar dan saya buang ke tong sampah. Bila saya biarkan, khawatir nanti diberikan ke pelanggan lain.
Pekerja kedai itu terlihat tenang karena merasa saya tidak akan tahu bahwa ayam tersebut jatuh. Saat ia menyiapkan masakan yang saya pesan, saya memang sedang asik memainkan ponsel. Sehingga dia kira, meski tempat masak berada di depan, dan saya bisa melihat apapun yang dikerjakan juru masak dan para pekerja yang bekerja di kedai tersebut, saya tidak memperhatikan. Dia tidak tahu kalau ibu-ibu bisa multitasking, walaupun tangan sibuk memainkan ponsel, mata bisa merambah kemana-mana.
Saya tidak pernah lagi berbelanja di kedai tersebut. Saya merasa, saat petugas kedai berada di jangkauan mata pelanggan saja bisa sejorok itu, apalagi bila jauh diluar jangkauan mata si pelanggan. Mungkin bisa lebih jorok dari itu. Walaupun mungkin kenyataannnya tidak seperti itu.