Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Serunya Berwisata ke Negeri di Atas Awan

9 Oktober 2017   16:48 Diperbarui: 10 Oktober 2017   08:10 2168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berasa sedang berada di negeri di atas awan. | Dokumentasi Pribadi

Pengunjung saat menunggu sunrise, sampai naik ke gedung dan ke bukit yang ada di puncak mentigen. | Dokumentasi Pribadi
Pengunjung saat menunggu sunrise, sampai naik ke gedung dan ke bukit yang ada di puncak mentigen. | Dokumentasi Pribadi
Namun setelah fajar mulai menyingsing, saya baru menemukan alasan mengapa para pengunjung mau bersusah payah meniti puluhan tangga agar bisa sampai ke Puncak Mentigen. Seumur-umur --saya memang tidak pernah naik gunung, saya baru melihat sunriseterindah. Cahaya merah yang berbaur dengan pekatnya langit menampilkan sensasi tersendiri. Apalagi saat mentari perlahan muncul,  indahnya sulit dlukiskan.

Sayang hasil foto saat menjelang sunrise tak seindah pemandangan aslinya. | Dokumentasi Pribadi
Sayang hasil foto saat menjelang sunrise tak seindah pemandangan aslinya. | Dokumentasi Pribadi
Kekaguman saya semakin menjadi saat melihat Gunung Bromo, Gunung Semeru, dan Gunung Batok yang teertutup awan. Ketiga gunung tersebut hanya terlihat puncaknya saja. Saat berada diatas bukit, saya merasa sedang berada di atas awan, di negeri yang sekelilingnya hanya berisi gumpalan putih memikat.

Alhasil, bila awalnya sempat menyesali diri bergabung untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut, belakangan saya malah bersyukur bisa berkunjung ke salah satu kawasan wisata di Indonesia yang menawan. Kapan-kapan saya malah ingin kembali berkunjung ke kawasan wisata tersebut.

Pakai baju tebal, saat belum dipuncak saja sudah dingin. | Dokumentasi Pribadi
Pakai baju tebal, saat belum dipuncak saja sudah dingin. | Dokumentasi Pribadi
Pakai Sepatu Tertutup dan Baju Tebal Berlipat

Selain melihat sunrise, seharian itu kami juga berkeliling ke Kawah Gunung Bromo, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies. Saat kami berkunjung, kebetulan sedang musim kemarau sehingga udara sedikit berdebu. Pasir yang terpijak oleh pengunjung, lebih mudah berterbangan.

Oleh karena itu ada baiknya mengenakan sepatu nyaman tertutup sehingga pasir-pasir halus tidak masuk kedalam sepatu. Selain itu, berkunjung ke obyek wisata tersebut disarankan jangan mengenakan sepatu kesayangan. Bukan apa-apa, debu-debu pasir membuat sepatu yang kita kenakan tidak akan lagi terlihat sama -- tidak kinclong lagi aka jadi bluwek.

Penjual oleh-oleh. | Dokumentasi Pribadi
Penjual oleh-oleh. | Dokumentasi Pribadi
Saat berkunjung ke Kawasan Wisata Gunung Bromo, pengunjung juga wajib mengenakan baju tebal. Saya saja yang sudah mengenakan dua lapis baju dan berkunjung saat musim kemarau masih terasa kedinginan. Saya sempat menyesal mengapa tidak membawa satu lagi jaket untuk menghangatkan badan. Apalagi rasa dingin tersebut awet hingga hari menjelang siang.

Rasa dingin sempat hilang saat kami mendaki ke puncak mentigen. Setelah itu, kembali menyusup, bahkan rasanya hingga ke tulang. Sedikit berlebihan mungkin, tapi rasanya memang seperti itu. Mungkin karena saya tidak lagi terbiasa dingin, karena beberapa tahun terakhir menetap di Batam yang udaranya jauh dari dingin.

Meski demikian, Bromo memang indah. Rasa letih, lelah, dan dingin saat menjelajah objek wisata tersebut terbayar dengan panoramanya yang luar biasa. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun