Alhasil, bila awalnya sempat menyesali diri bergabung untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut, belakangan saya malah bersyukur bisa berkunjung ke salah satu kawasan wisata di Indonesia yang menawan. Kapan-kapan saya malah ingin kembali berkunjung ke kawasan wisata tersebut.
Selain melihat sunrise, seharian itu kami juga berkeliling ke Kawah Gunung Bromo, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies. Saat kami berkunjung, kebetulan sedang musim kemarau sehingga udara sedikit berdebu. Pasir yang terpijak oleh pengunjung, lebih mudah berterbangan.
Oleh karena itu ada baiknya mengenakan sepatu nyaman tertutup sehingga pasir-pasir halus tidak masuk kedalam sepatu. Selain itu, berkunjung ke obyek wisata tersebut disarankan jangan mengenakan sepatu kesayangan. Bukan apa-apa, debu-debu pasir membuat sepatu yang kita kenakan tidak akan lagi terlihat sama -- tidak kinclong lagi aka jadi bluwek.
Rasa dingin sempat hilang saat kami mendaki ke puncak mentigen. Setelah itu, kembali menyusup, bahkan rasanya hingga ke tulang. Sedikit berlebihan mungkin, tapi rasanya memang seperti itu. Mungkin karena saya tidak lagi terbiasa dingin, karena beberapa tahun terakhir menetap di Batam yang udaranya jauh dari dingin.
Meski demikian, Bromo memang indah. Rasa letih, lelah, dan dingin saat menjelajah objek wisata tersebut terbayar dengan panoramanya yang luar biasa. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H