“Saya memaafkanmu,” kata Balqis lirih saat akhirnya bertemu kembali dengan Abin.
“Apakah masih ada kesempatan kedua?” tanya Abin.
“Pecinta kopi tidak pernah meminum kopi pada cangkir dan waktu yang sama untuk kedua kalinya.”
“Maafkan saya Balqis. Saya sangat merasa bersalah. Oleh karena itu saya terus mencarimu, hingga akhirnya menemukan tokomu melalui salah satu aplikasi online. Saya juga sengaja mengajukan diri untuk ditugaskan ke Batam agar bisa kembali bertemu denganmu.”
“Saya memaafkanmu. Saya juga berterimakasih karena kamu sudah menempatkan saya pada situasi sulit. Sehingga akhirnya saya malah bisa mengoptimalkan potensi saya. Sebagai bentuk terimakasih, itu makanya saya menamakan café saya B & B Café, Balqis dan Bintoro Café.”
“Benarkah tidak ada kesempatan kedua?” ulang Abin.
Balqis menggelang. “Saya sudah menikah dengan Mulkan,” ujar Balqis sambil menunjukan cincin yang melingkar di jari tengahnya. (*)
Blog ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi menulis Cerpen #MyCupOfStory yang diselenggarkana oleh Giordano dan Nulisbuku.com.
Sudah dipublikasikan di blog saya pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H