Karam…. Karam…..
Beberapa penonton ada yang berteriak kencang. Mereka seolah memberitahukan ada kapal layar yang terbalik. Saya sempat penasaran, bergegas ke tempat yang mereka teriakan, namun ternyata kapal layar tersebut tidak karam, beberapa kapal layar hanya hampir menabrak pelantar yang menjadi tempat penonton berkerumun.
Selama lomba seluruh kapal layar dapat mengarungi lautan dengan baik. Mereka berhasil kembali ke finish tanpa insiden apapun. Beberapa dari kapal layar tersebut memang ada yang sedikit kesulitan menyesuaikan arah angin. Namun umumnya itu hanya pada saat awal-awal start, setelah beberapa saat, mereka langsung menguasai medan lomba.
Saat saya berkeliling di sekitar lokasi acara, memang ada beberapa wisatawan dari Singapura. Mereka ada yang hanya berfoto, ada juga yang berkeliling di sekitar Pulau Penawar Rindu. Wisatawan dari Negeri Singa tersebut beberapa ada yang berkonvoi menggunakan becak yang menjadi salah satu transportasi utama di Belakang Padang.
Menurut Musa, setiap tahun memang selalu ada peserta dari negeri tetangga yang ikut serta pada acara yang diadakan untuk memeriahkan HUT RI tersebut. Beberapa tahun ke belakang, tim dari Singapura bahkan tidak pernah ketinggalan untuk berpartisipasi pada acara tersebut.Â
Namun sejak beberapa tahun terakhir, mereka tidak lagi berpartisipasi. Hal tersebut dikarena sebagian pecinta perahu layar dari Singapura tersebut sudah meninggal dunia karena usia yang sudah sepuh.
Sekarang peserta menyusut hingga hanya sekitar sepertiga. Selain dikarena beberapa pecinta perahu layar yang sudah wafat, hal itu juga disebabkan oleh terbatasnya dana. Musa mengatakan, untuk mengikuti lomba perahu layar, membutuhkan modal yang tidak sedikit. Apalagi bila peserta berasal dari luar Belakang Padang.