Matahari mulai meninggi saat saya memutuskan untuk berangkat ke Pulau Belakang Padang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu (17/8). Meski sejak beberapa minggu lalu sudah tertarik untuk melihat secara langsung lomba sampan layar di pulau yang berbatasan dengan Singapura itu, saya masih setengah hati untuk berangkat.
Saat saya dan suami tiba di Pelabuhan Belakang Padang sekitar pukul 11:00 WIB, lomba sampan sudah hampir dimulai. Para penonton sudah memenuhi area di sekitar pelabuhan. Mereka duduk-duduk santai sambil awas mengamati gerak-gerik sampan layar yang berlomba untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tersebut.
Menurut nenek mertua, sejak tanggal 16 Agustus 2016, Lang Lang Laut memang sudah ramai dipenuhi penjual dan pembeli. Beberapa dari penjual tersebut bahkan ada yang sengaja datang dari Pulau Batam. Mereka niat membawa pelengkapan jualan ke dalam boat.
Saat sampai di pelantar saya sedikit ragu untuk mendekati lokasi lomba, bukan apa-apa, pelantar tersebut terlihat sudah sangat rapuh. Banyak kayu yang sudah terlepas. Saya takut bila tiba-tiba terperosok. Apalagi di pelantar tersebut juga cukup banyak pengunjung yang menonton perahu layar yang sedang berlomba.
Karam…. Karam…..
Beberapa penonton ada yang berteriak kencang. Mereka seolah memberitahukan ada kapal layar yang terbalik. Saya sempat penasaran, bergegas ke tempat yang mereka teriakan, namun ternyata kapal layar tersebut tidak karam, beberapa kapal layar hanya hampir menabrak pelantar yang menjadi tempat penonton berkerumun.
Selama lomba seluruh kapal layar dapat mengarungi lautan dengan baik. Mereka berhasil kembali ke finish tanpa insiden apapun. Beberapa dari kapal layar tersebut memang ada yang sedikit kesulitan menyesuaikan arah angin. Namun umumnya itu hanya pada saat awal-awal start, setelah beberapa saat, mereka langsung menguasai medan lomba.
Saat saya berkeliling di sekitar lokasi acara, memang ada beberapa wisatawan dari Singapura. Mereka ada yang hanya berfoto, ada juga yang berkeliling di sekitar Pulau Penawar Rindu. Wisatawan dari Negeri Singa tersebut beberapa ada yang berkonvoi menggunakan becak yang menjadi salah satu transportasi utama di Belakang Padang.
Menurut Musa, setiap tahun memang selalu ada peserta dari negeri tetangga yang ikut serta pada acara yang diadakan untuk memeriahkan HUT RI tersebut. Beberapa tahun ke belakang, tim dari Singapura bahkan tidak pernah ketinggalan untuk berpartisipasi pada acara tersebut.Â
Namun sejak beberapa tahun terakhir, mereka tidak lagi berpartisipasi. Hal tersebut dikarena sebagian pecinta perahu layar dari Singapura tersebut sudah meninggal dunia karena usia yang sudah sepuh.
Sekarang peserta menyusut hingga hanya sekitar sepertiga. Selain dikarena beberapa pecinta perahu layar yang sudah wafat, hal itu juga disebabkan oleh terbatasnya dana. Musa mengatakan, untuk mengikuti lomba perahu layar, membutuhkan modal yang tidak sedikit. Apalagi bila peserta berasal dari luar Belakang Padang.
Musa mengatakan, untuk mengurangi biaya, beberapa tahun belakangan ini panitia juga mengurangi jumlah peserta. Bila biasanya jumlah peserta terbanyak untuk satu tim mencapai 12 orang, kini peserta terbanyak hanya sembilan orang. Hal tersebut dikarenakan, semakin banyak anggota dalam satu tim, semakin besar pengeluaran. Oleh karena itu, panitia berinisiatif mengurangi jumlah anggota tim.
Saat mengobrol ringan dengan beberapa panitia – termasuk dengan Musa, saya sempat menanyakan, apakah sudah ada dukungan dana dari pemerintah, panitia serempak mengatakan sudah ada bantuan dana dari pemerintah – tepatnya dari Pemerintah Kota Batam. Namun saya tidak menanyakan lebih jauh berapa bantuan dana yang dikucurkan pemerintah untuk acara tersebut.
Apalagi modal yang harus dikeluarkan peserta cukup besar. Bila hadiahnya lebih banyak, mungkin peserta yang berpartisipasi akan semakin banyak. Menurut panitia, hadiah yang ditawarkan kepada peserta bervariasi. Namun hadiah terbesar diberikan kepada Juara I untuk Sampan Layar Awak 9 sebesar Rp6 juta.
Sehingga tinggal dipoles sedikit lebih menarik lagi, pasti acaranya akan semakin meriah. Apalagi ini diadakan untuk memperingati HUT RI, terlebih lagi diadakan di pulau terluar, hanya beberapa meter dari Singapura.
Selain lomba perahu layar, masyarakat Belakang Padang juga memeriahkan HUT RI dengan mengadakan karnaval hingga jalan santai. Acara tersebut diadakan satu hari sebelum peringatan hari kemerdekaan. Sayang saya tidak sempat melihat secara langsung karnaval tersebut.Â
Saya hanya sempat berfoto di gapura yang sudah dihias sedemikian rupa oleh masyarakat Pulau Penawar Rindu. Mudah-mudahan tahun depan saya bisa lebih merasakan kemeriahaan HUT RI di Belakang Padang. Salam Kompasiana! (*)
Versi Bahasa Inggrisnya dapat dilihat di link berikut ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H