Pulang Kampung saat menjelang Hari Raya Idul Fitri selalu menjadi fenomena tersendiri di Indonesia. Mudik seolah menjadi keharusan – menjadi ritual, yang harus dijalankan sebagian besar perantau setiap tahun. Mereka berlomba pulang ke kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan tradisi pulang kampung saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Apalagi kita sebagai manusia memang senang berkumpul dan bersosialisasi – terlebih dengan kerabat pada hari spesial seperti lebaran. Rasa nikmat menyecap masakan khas Idul Fitri di kampung halaman – bersama keluarga tercinta, memang tidak tergantikan.
Namun sayang, keinginan yang begitu kuat untuk merayakan lebaran di kampung halaman, terkadang mengabaikan keselamatan pemudik di perjalanan. Meski rentan kecelakaan, tak sedikit pemudik yang nekat menggunakan moda transportasi paling terjangkau agar bisa sampai ke kota asal.
Banyak pemudik yang memanfaatkan sepeda motor untuk pulang kampung. Mungkin tidak masalah bila ia hanya mudik dari Jakarta ke Bogor, atau dari Bogor ke Sukabumi, atau dari Sukabumi ke Cianjur. Apalagi bila penumpangnya juga proporsional. Namun bila mudik dari Jakarta ke Semarang atau dari Jakarta ke Purwodadi – apalagi dengan penumpang yang melebihi kapasitas sepeda motor, tentu akan sangat membahayakan.
Beberapa pemudik sepeda motor memang ada yang bijak pulang kampung dengan aman. Mereka biasanya hanya pergi berdua, atau maksimal bertiga – dengan anak semata wayang mereka. Saat letih, pemudik tersebut pun tak segan untuk beristirahat sejenak di rest area atau malah di penginapan.
Akan tetapi tidak sedikit juga yang mengabaikan keselamatan. Ada pemudik sepeda motor yang memaksakan diri berangkat berlima. Meski sudah lelah, terkadang si pemudik tersebut juga memaksakan diri melanjutkan perjalanan karena khawatir tidak bisa sampai kampung halaman sesuai target waktu yang sudah ditetapkan.
MUDIK DENGAN SEPEDA MOTOR, BERBAHAYA?
Biaya yang terjangkau merupakan alasan mengapa sepeda motor menjadi moda transportasi favorit pemudik. Hanya dengan selembar uang Rp100 ribu, pemudik roda dua sudah bisa menjangkau jarak puluhan kilometer. Sementara, bila dengan menggunakan bus atau kereta api, pemudik harus mengeluarkan biaya lebih banyak. Apalagi bila mudik lebih dari satu orang.
Belum lagi tiket yang harus dipesan jauh-jauh hari. Terkadang bagi sebagian orang, malas atau malah belum terpikir bila harus meluangkan waktu mencari tiket beberapa bulan sebelum keberangkatan. Memang ada sebagian orang yang lebih suka spontan – memesan tiket saat akan berangkat. Apalagi bila belum tahu apakah cuti tambahan yang diajukan ke kantor akan disetujui atau tidak.
Namun menggunakan sepeda motor untuk mudik jarak jauh – apalagi dengan memboyong keluarga lebih dari tiga orang, sangat berbahaya. Menurut Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Palubuhu yang dirilis okezone.com, sepeda motor lebih rentan mengalami kecelakaan dijalan saat digunakan untuk perjalanan jarak jauh.
Dampak kecelakaan sepeda motor lebih parah dibanding alat transportasi darat lain karena tubuh pengendara dan penumpang langsung bersentuhan dengan kendaraan lain atau aspal. Bila pengendara atau penumpang sepeda motor kecelakaan, dampaknya langsung ke badan karena tidak ada alat pelindung.
Meski kecelakaan pemudik sepeda motor berkurang pada 2015 silam, namun kecelakaan roda dua tersebut tetap mendominasi total kecelakaan pada saat mudik 2015 lalu. Berdasarkan data POLRI, pada saat masyarakat Indonesia mudik maupun balik pada tahun lalu ada 3.049 kecelakaan sepeda motor.
APA YANG SUDAH DILAKUKAN PEMERINTAH?
Pemerintah melalui Kementrian Perhubungan (Kemenhub), sebenarnya sudah membuat program khusus bagi pemudik sepeda motor selama beberapa tahun terakhir. Tujuan dari program tersebut tentu saja agar pemudik sepeda motor dapat mudik ke kampung halaman dengan selamat, aman, dan nyaman. Bagi masyarakat yang mudik dengan menggunakan sepeda motor, Kemenhub selaku koordinator penyelenggara angkutan lebaran, menyediakan transportasi mudik alternatif berupa bus dan kereta api.
Melalui Program Mudik Gratis Kemenhub, pemerintah menyediakan layanan gratis pengiriman sepeda motor ke beberapa wilayah tertentu. Untuk moda bus, pemerintah menyediakan layanan dari Jakarta-Yogyakarta, Jakarta-Solo, Jakarta-Semarang, Jakarta-Tegal, Jakarta-Kebumen, Jakarta-Purwokerto, Jakarta-Wonogiri, Jakarta-Wonosobo, dan Jakarta-Magelang.
Untuk moda kereta api, pemerintah menyediakan layanan pengiriman gratis 406 motor perhari untuk Lintas Utara yang meliputi Stasiun Jakarta Gudang – Stasiun Cirebon Prujakan – Stasiun Tegal – Stasiun Pekalongan – Stasiun Semarang Tawang – Stasiun Ngrombo – Stasiun Cepu – Stasiun Bojonegoro – Stasiun Babat – Stasiun Surabaya Pasar Turi.
Begitupula untuk Lintas Selatan I, pemerintah menyediakan layanan pengiriman gratis 406 motor perhari untuk tujuan Stasiun Jakarta Gudang – Stasiun Lempuyangan – Stasiun Klaten – Stasiun Solojebres – Stasiun Madiun – Stasiun Kertosono – Stasiun Kediri.
Hal yang sama juga berlaku untuk Lintas Selatan II, pemerintah menyediakan layanan pengiriman gratis 406 motor perhari untuk tujuan Jakarta Gudang – Stasiun Purwokerto – Stasiun Kroya – Stasiun Gombong – Stasiun Kebumen – Stasiun Kutoarjo.
Menariknya, bagi peserta mudik sepeda motor gratis, Kemenhub juga memungkinkan memfasilitasi pembelian tiket penumpang. Sehingga, tidak hanya sepeda motor yang terjamin keselamatannya sampai hingga tujuan, namun pemilik sepeda motor dan keluarga juga terjamin lebih nyaman menggunakan transportasi umum darat.
BILA MENTRADISIKAN MUDIK, HARUS MEMBUDAYAKAN MENABUNG
Sebagian masyarakat mungkin beranggapan, mudik dengan menggunakan moda transportasi umum seperti bus dan kereta api kurang ekonomis. Apalagi bila jumlah anggota keluarga lebih dari dua orang. Ada nominal tertentu yang harus dialokasikan untuk membeli tiket. Terkadang terbersit rasa sayang untuk menghabiskan ratusan ribu tersebut hanya untuk selembar tiket.
Apalagi sejak di perantauan sudah terbayang deretan kebutuhan selama mudik di kampung halaman. Selain untuk kebutuhan sehari-hari, juga harus menyiapkan uang angpau untuk sanak-famili. Setelah bertahun-tahun merantau, tidak mungkin juga kan sama sekali tidak menyisipkan uang kepada kerabat.
Akhirnya, hanya karena ingin berhemat, pemudik akhirnya memilih moda transportasi paling ekonomis, yakni sepeda motor. Sejenak pemudik tersebut lupa bahwa ada banyak bahaya yang mengintai bila melakukan perjalanan jauh dengan kendaraan roda dua – apalagi bila mengajak anak yang usianya belum dewasa.
Selain panas saat matahari terik, perjalanan juga bisa terganggu bila hujan turun tiba-tiba. Tidak mau kan, hanya karena ingin berhemat harus rela si buah hati basah kuyup dan kepanasan. Belum lagi debu dan asap kendaraan bermotor yang terpaksa harus terhirup saat jalanan tersendat.
Jauh-jauh hari sebelum mudik, ada baiknya pemudik menyiapkan dana lebih untuk pulang kampung. Menyisihakan sehari Rp5.000 saja, dalam waktu 365 hari sudah dapat terkumpul Rp1.825.000, sudah lebih dari cukup untuk memboyong keluarga kecil naik angkutan umum yang nyaman dan aman.
Bila beralasan merasa repot karena harus membawa oleh-oleh di kendaraan umum, atau merasa lebih nyaman naik sepeda motor karena dapat berhenti sesuka hati. Bukankah di kereta atau di bus malah lebih nyaman? Barang bawaan bisa disimpan di bagasi, tidak perlu repot harus dipegangi sepanjang perjalanan.
Sementara bila ingin berhenti saat buang air kecil, untuk bus dan kereta sudah dilengkapi toilet. Pada waktu tertentu bus malah berhenti di rumah makan atau SPBU. Sehingga bisa memanfaatkan waktu sebenatar untuk menghirup udara segar. Selain itu, sepanjang perjalanan kita tinggal duduk nyaman sehingga dapat beristirahat.
Bikers, sudahkah memutuskan untuk beralih ke transportasi umum untuk mudik? Sebelum menyesal, yuk ah beralih dengan mudik menggunakan bus atau kereta api. Mudik Selamat itu lebih penting, apalagi bila memanfaatkan Program Kemenhub. Bikers tetap dapat membawa motor kesayangan ke kampung halaman tanpa harus mengabaikan keselamatan di jalan. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H