Akhirnya, hanya karena ingin berhemat, pemudik akhirnya memilih moda transportasi paling ekonomis, yakni sepeda motor. Sejenak pemudik tersebut lupa bahwa ada banyak bahaya yang mengintai bila melakukan perjalanan jauh dengan kendaraan roda dua – apalagi bila mengajak anak yang usianya belum dewasa.
Selain panas saat matahari terik, perjalanan juga bisa terganggu bila hujan turun tiba-tiba. Tidak mau kan, hanya karena ingin berhemat harus rela si buah hati basah kuyup dan kepanasan. Belum lagi debu dan asap kendaraan bermotor yang terpaksa harus terhirup saat jalanan tersendat.
Jauh-jauh hari sebelum mudik, ada baiknya pemudik menyiapkan dana lebih untuk pulang kampung. Menyisihakan sehari Rp5.000 saja, dalam waktu 365 hari sudah dapat terkumpul Rp1.825.000, sudah lebih dari cukup untuk memboyong keluarga kecil naik angkutan umum yang nyaman dan aman.
Bila beralasan merasa repot karena harus membawa oleh-oleh di kendaraan umum, atau merasa lebih nyaman naik sepeda motor karena dapat berhenti sesuka hati. Bukankah di kereta atau di bus malah lebih nyaman? Barang bawaan bisa disimpan di bagasi, tidak perlu repot harus dipegangi sepanjang perjalanan.
Sementara bila ingin berhenti saat buang air kecil, untuk bus dan kereta sudah dilengkapi toilet. Pada waktu tertentu bus malah berhenti di rumah makan atau SPBU. Sehingga bisa memanfaatkan waktu sebenatar untuk menghirup udara segar. Selain itu, sepanjang perjalanan kita tinggal duduk nyaman sehingga dapat beristirahat.
Bikers, sudahkah memutuskan untuk beralih ke transportasi umum untuk mudik? Sebelum menyesal, yuk ah beralih dengan mudik menggunakan bus atau kereta api. Mudik Selamat itu lebih penting, apalagi bila memanfaatkan Program Kemenhub. Bikers tetap dapat membawa motor kesayangan ke kampung halaman tanpa harus mengabaikan keselamatan di jalan. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H