Namun Yono menegaskan, air yang diambil dari Waduk Sekanak Raya tersebut hanya digunakan keluarga kecilnya untuk keperluan MCK, seperti mencuci piring, mencuci pakaian, mandi dan membersihkan rumah. Untuk minum dan keperluan memasak, ia membeli air galon.
Meski tidak yakin dengan kehigienisan air waduk, Yono mengungkapkan terpaksa menggunakan air tersebut untuk menghemat pengeluaran. Bila harus membeli seluruh air yang diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari, cukup berat. Itu makanya untuk keperluan air yang tidak dikonsumsi, ia mengambil dari Waduk Sekanak Raya.
Memang tidak semua warga Belakang Padang mengambil air dari waduk tersebut. Beberapa warga ada yang membeli air bersih dari Pulau Batam. Untuk 200 liter air bersih harganya sekitar Rp15 ribu hingga Rp20 ribu. Selintas harga tersebut cukup terjangkau, namun coba kalkulasikan untuk satu bulan penuh. Bila dijumlahkan, untuk konsumsi satu drum air setiap hari selama satu bulan, bisa menghabiskan budget setengah juta.
Perlu Campur Tangan Pemerintah
Air merupakan kebutuhan krusial setiap makhluk hidup. Tanpa air yang cukup, tidak ada satu pun manusia, hewan dan tumbuhan yang mampu bertahan hidup. Hal tersebut sepertinya juga sudah mulai disadari oleh Pemerintah Kota Batam. Oleh karena itu, mereka mendorong pemerintah pusat melalui Kementerian PU untuk membangun Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) di Belakang Padang.
Namun, sistem pengolahan air laut yang katanya menghabiskan anggaran sekitar Rp135 miliar tersebut belum terdengar kembali progress pekerjaannya. Sejak peletakan batu pertama pada akhir 2015 lalu, tidak ada kabar di surat kabar lokal maupun media online apakah proyek tersebut masih berlanjut dengan sukses, atau terhambat beberapa hal. Berdasarkan artikel yang direlease Humas Pemko Batam, pekerjaan SWRO tersebut dimulai pada januari 2016 dan diperkirakan selesai pada akhir 2016.
Semoga saja proyek tersebut berjalan dengan lancar agar masyarakat Belakang Padang lebih terbantu mendapatkan air bersih. Apalagi katanya sedikit sulit mengalirkan air dari Pulau Batam ke Pulau Belakang Padang dengan menggunakan pipa bawa laut. Hal tersebut dikarenakan laut yang membelah dua pulau tersebut merupakan perairan internasional. Ada ketentuan kedalaman pipa yang harus dipenuhi yang menyebabkan biaya mengalirkan air dari Pulau Batam ke Belakang Padang tidak lagi ekonomis.
Mungkin sementara sebelum SWRO berjalan sesuai dengan yang diharapkan, pemerintah memberi bantuan air untuk warga yang membutuhkan. Setidaknya hingga musim kemarau di Belakang Padang berlalu. Tidak harus seluruh warga Belakang Padang yang diberi bantuan tersebut, mungkin khusus saja bagi yang kurang mampu.