Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hidup Pintar dengan Listrik Pintar

21 April 2016   15:01 Diperbarui: 21 April 2016   16:18 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk rumah tinggal yang di Batam, memang belum ada rencana untuk migrasi. Namun saat tahu bahwa listrik pra bayar tidak membutuhkan petugas pencatat meter, saya dan suami jadi tertarik untuk mencoba listrik pintar agar tidak perlu repot membuka pagar rumah untuk mempersilakan petugas pencatat meter mengecek energi listrik yang kami gunakan.

[caption caption="Tampilan meter listrik pra bayar/Dok: thetamandikasidoarjokota.blogspot.com"]

[/caption]LISTRIK PRA BAYAR LEBIH HEMAT?

Saya pribadi belum menjadi pelanggan listrik pra bayar. Meski demikian, keluarga besar suami yang tinggal di Belakang Padang, Batam, Kepulauan Riau sudah menjadi pelanggan listrik pra bayar. Sejak dua tahun lalu, penduduk Belakang Padang umumnya memang sudah beralih menjadi pelanggan pintar PLN.

Ada satu kebiasaan yang sangat mencolok saat penduduk Belakang Padang beralih menjadi pelanggan pra bayar. Seolah dikomando, usai adzan subuh berkumandang, warga pulau tersebut serentak mematikan lampu penerang, terutama lampu yang dipasang di luar rumah.

Beberapa tahun lalu, mematikan lampu usai adzan berumandang hanya kebiasaan segelintir warga. Awalnya hanya beberapa penghuni rumah yang sigap mematikan lampu saat fajar mulai menyingsing. Warga Pulau Belakang Padang umumnya baru mematikan lampu saat matahari sudah mulai tinggi.

Namun usai listrik pra bayar merambah pulau seluas  69,12 km2 tersebut, warga mulai bertindak lebih bijak dalam penggunaan listrik. Mereka baru menggunakan listrik bila benar-benar diperlukan. Tidak ada lagi energi listrik yang dibuang percuma seperti tahun-tahun sebelumnya. Mereka sadar, listrik merupakan penopang kehidupan. Tanpa listrik tak ada geliat kehidupan di pulau terluar tersebut.

[caption caption="Pulau Lance yang masih memanfaatkan genset untuk mendapatkan energi listrik./Dok: Pribadi."]

[/caption]Harus diakui, belum semua pulau kecil di Kota Batam teraliri listrik PLN. Pulau Panjang, Pulau Lance, dan Pulau Bali misalkan, harus berhemat menggunakan energi listrik karena hanya mengandalkan listrik dari generator. Pulau kecil yang ada di sekitar Jembatan Barelang tersebut terpaksa hanya menggunakan listrik saat benar-benar diperlukan.

Akses listrik ke pulau kecil itu memang sedikit sulit. Harus dibangun kabel bawah laut terlebih dahulu agar listrik mengalir ke pulau-pulau tersebut. Sementara pulau di sekitar Jembatan Barelang itu lumayan banyak, dengan penduduk dan luas pulau yang sangat terbatas, sekitar 3 sampai 5 kilo meter.

Jadi beruntunglah kita yang masih bisa menikmati energi listrik dengan cukup dari PLN. Oleh karena itu, meski merasa sanggup membayar tagihan listrik yang dibebankan PLN, yuk kita lebih bijak menggunakan listrik. Agar lebih banyak cadangan listrik yang bisa disimpan.

[caption caption="Pemusik dan penari dankong Pulau Panjang saat pentas di Pulau Bali, Kota Batam. Agar suara penyanyi terdengar jelas, para seniman tersebut memanfaatkan genset./Dok: Pribadi"]

[/caption]Semakin banyak cadangan listrik yang bisa disimpan, semakin banyak penduduk Indonesia yang bisa menikmati energi listrik. Apalagi penduduk umumnya bertambah, bukan berkurang. Tidak mau kan kalau sampai terjadi krisis listrik karena pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan cadangan listrik?

Jangan sampai nanti kita kembali ke zaman batu. Tidak bisa minum air dingin karena tidak ada pasokan listrik untuk menyalakan kulkas, atau yang lebih parah, tidak bisa menulis di Kompasiana karena energi listrik tidak cukup untuk mengoperasikan komputer =D. Ah, jangan sampai terjadi. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun