[caption caption="Kondisi Kota Batam yang mulai padat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk, otomatis kebutuhan listrik akan meningkat./Dok: ATB"][/caption]Listrik merupakan penopang kehidupan. Ketersediaan energi listrik yang memadai, berkesinambungan dan ekonomis dapat memacu kemajuan suatu wilayah. Saat ini tidak ada satu pun negara yang mampu tumbuh dan berkembang dengan optimal tanpa dukungan energi listrik yang cukup.
Energi listrik tidak hanya diperlukan untuk menunjang kenyamanan sehari-hari. Listrik tak semata digunakan untuk menggerakan mesin cuci, mengoperasikan rice cooker, membekukan makanan, atau menyetrika pakaian agar terlihat rapi. Peran listrik lebih besar dari itu.
Listrik dapat menopang bisnis maupun kegiatan bermanfaat yang berbasis digital. Saat ini ada beragam kegiatan yang sangat tergantung dengan listrik dan  akses internet, mulai dari bisnis belanja online hingga transportasi online. Kegiatan berbasis digital tersebut tidak akan bisa berjalan tanpa tersedia listrik yang memadai.
[caption caption="Salah satu insatalasi pengolahan air di Batam yang juga memerlukan energi listrik untuk beroperasi./Dok: ATB"]
Sebagai contoh, PAM di Batam, Kepulauan Riau, memerlukan energi listrik sekitar 13.618 kVA/bulan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di kota tersebut. Jumlah itu hanya untuk kebutuhan operasional di IPA. Keperluan energi listrik untuk pendistribusian air bersih dari IPA ke tempat pelanggan belum termasuk.
[caption caption="Batamcentre yang menjadi salah satu pusat bisnis di Kota Batam./Dok: ATB"]
Pelanggan rumah tangga juga menggunakan energi listrik cukup besar. Pelanggan dari golongan rumah tangga menggunakan 39 persen energi listrik dari total keseluruhan, dengan rincian – pelanggan rumah tangga pasca bayar 29 persen, dan pelanggan rumah tangga pra bayar atau Listrik Pintar PLN 10 persen.
Bagi kota industri seperti Batam, listrik itu laksana garam dalam masakan. Sehebat apapun Batam sebagai kawasan industri, tidak akan berjalan baik bila tidak tersedia sumber energi yang cukup untuk menjalankan industri. Saat listrik tidak dapat diandalkan, para investor satu persatu akan lari tunggang langgang.
Apalagi listrik juga sangat berperan dalam pengolahan air bersih. Bila energi listrik tidak mumpuni, pasokan air akan tersendat. Padahal Batam sangat mengandalkan air bersih dari PAM karena keterbatasan sumber daya air. Tidak seperti di Pulau Jawa yang melimpah air alami dari sumur, mata air atau sungai, Batam hanya mengandalkan air dari air hujan yang ditampung di lima waduk yang nantinya diolah sebagai air bersih. Kota berpenduduk 1.035.280 tersebut tidak memiliki sungai, sumur pun bisa dihitung dengan jari.
PAM Batam sebenarnya bisa mengandalkan energi listrik dari generator, namun biaya pengolahan air pasti tidak lagi ekonomis. Bila harga air bersih melonjak signifikan, otomatis biaya hidup di kota yang berbatasan langsung dengan Singapura tersebut akan melonjak drastis.
[caption caption="Petugas Pemeliharaan PLN P3B Jawa Bali, UPT Jakarta Timur sedang melakukan pemeliharaan Gardu tipe GIS dan gardu konvensional di Gardu Induk Mampang, Jakarta./Dok: PLN"]
Berdasarkan pernyataan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang dirilis liputan6.com, saat ini energi listrik PLN di seluruh Indonesia mencapai 54 ribu mega watt, dengan cadangan listrik sekitar 10 persen dari total listrik yang digunakan. Menurut JK, cadangan listrik tersebut belum sepenuhnya memadai. Seharusnya negara kita tercinta memiliki cadangan energi listrik sekitar 30 persen. Cadangan listrik yang sangat tipis membuat pasokan listrik tidak optimal. Sehingga, saat terjadi gangguan pada salah satu pembangkit listrik, akan mengakibatkan pemadaman listrik secara bergilir.
Sama halnya seperti cadangan listrik secara keseluruhan di Indonesia, cadangan listrik di Batam juga sangat tipis. Beban puncak di Kota Batam mencapai 345 mega watt, sementara cadangan listrik hanya sekitar 365 Â mega watt. Apalagi Batam juga menyuplai listrik ke Pulau Bintan melalui kabel bawah laut sekitar 10 mega watt. Otomatis cadangan listrik di Kota Batam hanya sekitar 10 mega watt.
Meski tipis, Batam sebenarnya sangat beruntung memiliki energi listrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh pelanggan. Walaupun sesekali ada pemadaman karena pemeliharaan jaringan, secara umum kondisi listrik di kota yang memiliki luas 715 km2 ini cukup baik.
[caption caption="Pelabuhan Belakang Padang, Batam./Dok: Pribadi"]
Sebelum mendapatkan suplai listrik melalui kabel bawah laut sepanjang 4.778 kilo meter, pulau kecil yang dapat ditempuh sekitar 15 menit dari Pulau Batam tersebut mengandalkan energi listrik yang berasal dari diesel yang dikelola oleh PLN Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
[caption caption="Listrik Pintar PLN./Dok: PLN"]
Meski kondisi kelistrikan di Kota Batam cukup baik, Bright PLNBatam terus mendorong agar pelanggan lebih bijak menggunakan listrik. PLN yang dikelola tanpa subsidi dari pemerintah tersebut rutin melakukan edukasi hemat listrik. Bright PLN Batam menggandeng media untuk melakukan road show hemat listrik.
Selaian itu, sejak 2011, Bright PLN Batam juga mulai mengarahkan pelanggan rumah tangga untuk menggunakan Listrik Pintar PLN. Pelanggan baru diarahkan untuk menggunakan listrik pra bayar agar lebih mudah mengontrol penggunaan listrik. Saat ini sudah ada sekitar 50 ribu pelanggan pra bayar Bright PLN Batam.
Corporate Communication Manager Bright PLN Batam, Rudi Antono, mengungkapkan ada banyak manfaat dari listrik pintar PLN. Pelanggan dapat mengatur sendiri energi listrik yang akan digunakan sehingga pengeluaran dapat lebih terkontrol. Pelanggan tinggal membeli kuota energi listrik yang tersedia dalam satuan kWh melalui voucher, mulai dari Rp20 ribu hingga Rp2 juta. Pembelian voucher tersebut seperti membeli voucher pulsa telepon selular pra bayar. Pada voucher akan tercantum kode untuk diinput ke bargainser yang menempel pada meteran listrik.
[caption caption="Pelanggan pra bayar PLN saat memasukan kode voucher./Dok:liputan6.com"]
Sejak beberapa bulan lalu saya sudah menimang-nimang untuk memigrasikan rumah mungil saya yang di Bogor, Jawa Barat, dari listrik pasca bayar ke pra bayar. Kebetulan rumah tersebut kosong dan ada rencana untuk dikontrakan. Daripada repot mengecek yang mengontrak sudah membayar listrik atau belum, lebih baik sekalian pakai listrik pra bayar.
Untuk rumah tinggal yang di Batam, memang belum ada rencana untuk migrasi. Namun saat tahu bahwa listrik pra bayar tidak membutuhkan petugas pencatat meter, saya dan suami jadi tertarik untuk mencoba listrik pintar agar tidak perlu repot membuka pagar rumah untuk mempersilakan petugas pencatat meter mengecek energi listrik yang kami gunakan.
[caption caption="Tampilan meter listrik pra bayar/Dok: thetamandikasidoarjokota.blogspot.com"]
Saya pribadi belum menjadi pelanggan listrik pra bayar. Meski demikian, keluarga besar suami yang tinggal di Belakang Padang, Batam, Kepulauan Riau sudah menjadi pelanggan listrik pra bayar. Sejak dua tahun lalu, penduduk Belakang Padang umumnya memang sudah beralih menjadi pelanggan pintar PLN.
Ada satu kebiasaan yang sangat mencolok saat penduduk Belakang Padang beralih menjadi pelanggan pra bayar. Seolah dikomando, usai adzan subuh berkumandang, warga pulau tersebut serentak mematikan lampu penerang, terutama lampu yang dipasang di luar rumah.
Beberapa tahun lalu, mematikan lampu usai adzan berumandang hanya kebiasaan segelintir warga. Awalnya hanya beberapa penghuni rumah yang sigap mematikan lampu saat fajar mulai menyingsing. Warga Pulau Belakang Padang umumnya baru mematikan lampu saat matahari sudah mulai tinggi.
Namun usai listrik pra bayar merambah pulau seluas  69,12 km2 tersebut, warga mulai bertindak lebih bijak dalam penggunaan listrik. Mereka baru menggunakan listrik bila benar-benar diperlukan. Tidak ada lagi energi listrik yang dibuang percuma seperti tahun-tahun sebelumnya. Mereka sadar, listrik merupakan penopang kehidupan. Tanpa listrik tak ada geliat kehidupan di pulau terluar tersebut.
[caption caption="Pulau Lance yang masih memanfaatkan genset untuk mendapatkan energi listrik./Dok: Pribadi."]
Akses listrik ke pulau kecil itu memang sedikit sulit. Harus dibangun kabel bawah laut terlebih dahulu agar listrik mengalir ke pulau-pulau tersebut. Sementara pulau di sekitar Jembatan Barelang itu lumayan banyak, dengan penduduk dan luas pulau yang sangat terbatas, sekitar 3 sampai 5 kilo meter.
Jadi beruntunglah kita yang masih bisa menikmati energi listrik dengan cukup dari PLN. Oleh karena itu, meski merasa sanggup membayar tagihan listrik yang dibebankan PLN, yuk kita lebih bijak menggunakan listrik. Agar lebih banyak cadangan listrik yang bisa disimpan.
[caption caption="Pemusik dan penari dankong Pulau Panjang saat pentas di Pulau Bali, Kota Batam. Agar suara penyanyi terdengar jelas, para seniman tersebut memanfaatkan genset./Dok: Pribadi"]
Jangan sampai nanti kita kembali ke zaman batu. Tidak bisa minum air dingin karena tidak ada pasokan listrik untuk menyalakan kulkas, atau yang lebih parah, tidak bisa menulis di Kompasiana karena energi listrik tidak cukup untuk mengoperasikan komputer =D. Ah, jangan sampai terjadi. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H