3. Kalkulus hedonistik (hedonistik calculus)
Kalkulus Hedonistik (hedonistic calculus) memiliki makna bahwa kesenangan dapat diukur atau dinilai dengan tujuan untuk mempermudah pilihan yang tepat antara kesenangan-kesenangan yang saling bersaing. Seseorang dapat memilih kesenangan dengan jalan menggunakan kalkulus hedonistik sebagai dasar keputusannya.
Â
Nah pada kesempatan pada kali ini saya akan membahas lebih lanjut mengenai Hedonistic CalculusÂ
Hedonistic Calculus
Pada tahun 1789, Jeremy Bentham mengembangkan gagasan analisis hedonistic.  Algoritma teoretis diusulkan sebagai cara untuk menguji nilai moral atau nilai suatu tindakan. Bentham, seorang filsuf utilitarian, percaya bahwa  tindakan dianggap baik berdasarkan konsekuensinya, terutama jika tindakan tersebut membawa lebih banyak kesenangan daripada ketidaksenangan bagi lebih banyak orang.  Perhitungan hedonistic calculus tetap menjadi bagian integral dari kriminologi, khususnya teori pilihan rasional dan pencegahan. Pada metode hedonistic Calculus ini ada beberapa kriteria yang saling berkaitan erat.
Adapun kriteria kalkulus yakni:
- intensitas: Apa kekuatan perasaan senang atau sakit yang timbul dari melakukan suatu tindakan?
- durasi: Berapa lamanya kesenangan dan rasa sakit bertahan setelah tindakan ?
- kepastian dan ketidakpastian: Seberapa yakin kita bahwa tindakan yang dilakukan akan menghasilkan jaminan kesenangan atau ketidaksenangan?
- keakraban dan jauh dekatnya: apakah kesenangan atau ketidaksenangan terjadi secara langsung, atau ada tambahan waktu berikutnya ?
- kemurnian: apakah ada kemungkinan kesenangan dari suatu tindakan akan menyebabkan penderitaan lebih dan sebaliknya?
- Tingkat: Seberapa luas tindakan yang dilakukan terhadap masyarakat yang terkena dampaknya?
 Untuk itu ada sanksi yang harus dan akan diterapkan untuk menjamin agar orang tidak melampaui batas dalam mencapai kesenangan yaitu: sanksi fisik, sanksi politik, sanksi moral atau sanksi umum, dan sanksi agama atau sanksi kerohanian.
Kelemahan Teori Jeremy Bentham
Teori Jeremy Bentham tentu mempunyai kelemahan.
  Pertama, rasionalitas  abstrak dan doktriner yang mencegah masyarakat dilihat sebagai satu kesatuan yang kompleks,  campuran antara materialisme dan idealisme, kemewahan dan kesederhanaan, di mana Bentham melebih-lebihkan kekuatan badan legislatif dan meremehkan kebutuhannya. kebijaksanaan dan fleksibilitas untuk mengindividualisasikan penerapan sistem hukum Keyakinannya yang naif terhadap sifat umum dan prinsip-prinsip kodifikasi ilmiah sedemikian rupa sehingga ia mengabaikan perbedaan-perbedaan nasional dan sejarah dan mendekatinya dengan semangat yang sama.