Sebenarnya Tuhan Yang Maha Esa itu satu dan tidak ada yang lain, yang membedakan hanyalah cara beribadah dan beribadah kepada-Nya, hal ini terjadi karena munculnya agama dan budaya dari zaman atau waktu, zaman atau negara yang berbeda). Tiga hal yang mendasari orang Jawa mengenai masyarakat yang berkaitan dengan konsep ketuhanan yaitu:Â
1) Kita bisa hidup karena ada yang menghidupkan kita, menghidupkan dan menjiwai kita yaitu Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa.
 2) Dalam hidup ini kita harus meyakini "rasa" yang disebut tepo seliro, artinya jika kita merasa sakit saat dicubit, jangan mencubit orang lain.
 3) Dalam hidup ini jangan suka memaksakan kehendak pada orang lain. Ojo senang mekso, seolah-olah kita mempunyai pakaian yang benar-benar cocok untuk kita, belum tentu pakaian tersebut benar-benar cocok untuk orang lain.
b. Tatanan Paugeraning UripÂ
Menurut Sang Semar, Tatanan Paugeraning Urip yaitu hidup harus setia dan berbakti pada setiap hal baik dan untuk kebaikan
c. Tuntunan Sikap Marang Paunggeraning Urip
Semar dalam ceramah ini menyampaikan nasehat ojo dumeh, eling lan waspodo. Seperti yang sudah dijelaskan makna tersebut sebelumnya, Ojo dumeh, eling lan waspodo merupakan satu kesatuan yang dipahami secara utuh agar manusia berserah diri dan bertawakal kepada kekuasaan Tuhan serta bersikap bijak, sederhana dan waspada atau hati-hati. Orang akan bisa merasakan, bukan merasa bisa, yang juga berarti sama dengan mentang-mentang. Dengan ojo dumadi, eling lan waspada, dalam bahasa Jawa kita ucapkan
"Ana luwih sak onaÂ
Kang kebak, luwih dening kebak
Kang suwung, luwih dening suwung