Menurut Nyoman S. Pendit, definisi wayang Purwa berasal dari kamus besar Bahasa Indonesia: Wayang kulit, yang mengambil cerita dari kitab Mahabharata dan Ramayana. Kitab Mahabharata, yang ditulis oleh Bhagawan Wyasa, dan Ramayana, ditulis oleh penyair lain yang terkenal, Walmiki.Â
Menurut Mahendra Sucipto dalam bukunya "Ensiklopedia Tokoh-tokoh Wayang dan Silsilahnya", seorang peneliti bernama Rassers berpendapat dan teorinya dengan analogi yang mudah difahami bahwa wayang adalah hasil dari pertemuan dua budaya kuno, Hindu-Jawa. Contohnya adalah cerita pewayangan Purwa yang berkembang di Jawa-Bali menggunakan karakter India.Â
Sujarno berpendapat bahwa pertunjukan wayang yang penuh simbol mengandung banyak nilai filosofis. Salah satunya berkaitan dengan nasihat atau ajaran luhur dalam menjalani kehidupan dan cara menyikapinya. Pendidikan juga memiliki nilai-nilai seperti keberanian, kejujuran, dan kesetian. Seorang seniman atau dalang harus melakukan yang terbaik dalam peran mereka karena mereka berfungsi sebagai media untuk mengubah nilai-nilai budaya.Â
Dalam hal seni pertunjukan wayang kulit sebagai media pendidikan, perwatakan tokoh-tokoh, kayon, atau gunungan, serta ceritanya yang utuh, sudah ada di dalamnya. Misalnya, ketika ada peperangan antara dua belah pihak, yaitu pihak ksatria yang mewakili sifat baik dan pihak raksasa yang mewakili sifat buruk, sifat baik atau ksatria akhirnya menang, sehingga hidup manusia menjadi aman dan tentram.
FUNGSI
Komunikasi antar budaya adalah jenis komunikasi yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di masyarakat Indonesia yang dikenal sangat heterogen dalam berbagai aspek, seperti keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, dan lainnya.Â
Wayang memiliki fungsi komunikasi sosial budaya yang penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia.Wayang digunakan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan moral, sejarah, dan budaya kepada masyarakat.Â
Pertunjukan wayang seringkali mengandung nili-nilai kearifan lokal, sejarah, dan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Wayang juga digunakan sebagai media pendidikan untuk memperkenalkan dan mengajarkan nilai-nilai budaya, sejarah, dan moral kepada generasi muda. Wayang digunakan sebagai media kritik sosial untuk mengungkapkan permasalahan masyarakat dan memberikan solusi.
RELEVANSI
Wayang tidak hanya sekadar nostalgia terhadap masa lampau, tetapi juga memiliki nilai-nilai yang relevan dengan konteks sosial, budaya, dan moral saat ini. Kisah-kisah dalam pertunjukan wayang mengandung nilai moral, etika, dan kepemimpinan yang relevan dengan konteks masa kini. Pesan moral yang disampaikan melalui cerita wayang dapat menjadi pedoman bagi masyarakat dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman.Â
Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pertunjukan wayang dapat menjadi sarana untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya dalam konteks globalisasi saat ini. Nilai yang terkandung dalam cerita wayang dapat menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi generasi muda. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa nilai budaya wayang memiliki relevansi yang kuat dengan nilai masa kini, baik dalam konteks pendidikan, komunikasi antar budaya, pemertahanan budaya, kritik sosial, maupun literasi dan pendidikan anak.