Remaja yang memiliki pengetahuan yang salah tentang konsekuensi dari tindakan mereka cenderung lebih berani melakukan tindakan yang melanggar norma. Misalnya, mereka mungkin berpikir bahwa menggunakan narkoba tidak akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan mereka.
2. Keyakinan yang Distorsi
Keyakinan yang tidak realistis atau distorsi kognitif dapat mendorong remaja untuk melakukan tindakan impulsif dan agresif. Misalnya, remaja yang merasa dirinya tidak diterima oleh teman-temannya mungkin melakukan tindakan vandalisme untuk mendapatkan perhatian.
3. Atribusi yang Negatif
Cara seseorang menjelaskan penyebab suatu kejadian juga dapat mempengaruhi perilakunya. Remaja yang sering menyalahkan orang lain atas kegagalannya atau memiliki atribusi internal yang negatif (misalnya, menganggap dirinya tidak berguna) cenderung mengalami kesulitan dalam mengelola emosi dan lebih mudah terlibat dalam perilaku berisiko.
4. Perencanaan yang Buruk
Remaja yang memiliki kesulitan dalam merencanakan tindakan dan mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang cenderung lebih impulsif dan kurang mampu mengendalikan dorongan mereka.
Implikasi Teori Kognitif dalam Pencegahan Kenakalan Remaja
Memahami peran kognitif dalam kenakalan remaja memiliki implikasi penting dalam upaya pencegahan. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan berdasarkan teori kognitif antara lain:
1. Pendidikan
Memberikan pendidikan yang tepat tentang konsekuensi dari tindakan yang melanggar norma dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada remaja dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik.