Pada pagi hari yang cerah nan indah,hawa dingin yang menyelimuti kulit dan tubuh,terang sang surya benar indah karena masih belum membuat kulit terasa kebakar. Di tengah sawah yang luas terletak sebuah gubuk yang kecil dengan atap jerami,dinding triplek. Hidup seorang bernama Astom seorang pekerja serabutan di pasar. Pagi itu Astom bangun untuk pergi kerja serabutan di pasar Lubuk,dengan gaya baju robek robek, ia jalan ke pasar itu. Saat perjalanan Astom bertemu dengan preman pasar, dengan gugup ia tetap berjalan karena preman itu punya badan besar,membawa pisau,membuat orang yang melihat pasti akan merinding karena takut. Pumm! Satu hantaman terkena pada astom, ia syok dengan itu,badanya tersungkur."Bayar utang mu cungkring, tak usah lari dari kami. Bayar secepatnya atau dirimu tak akan selamat" bentak preman itu pada Astom "Aku belum punya uang,ba..bang"jawab Astom lemah karena kesakitan dipukul,"Plakk!,tak ada yang peduli" dengan pukulan preman itu menjawab. Beberapa bulan lalu Astom terlilit oleh hutang yang cukup banyak. "Mengapa hidupku sangat sial,ya Tuhan" keluh ku sambil berjalan menuju pasar ,"Aku tak kuat untuk seperti ini terus" sesalku terhadap hidupku yang pahit ini.
    Sampai di pasar Lubuk,sebuah pasar yang kotor danb padat,kios-kios tua, aku masuk menuju ke tempat kerja yang berada tak jauh dari pintu masuk. "Selamat pagi,bang"sapaku pada sang pemelik yang tak di balas.
      "woi cepat,segera angkat barang barang dari truk ini"
Aku segera berjalan menuju ke arah truk untuk mengangkat sayur sayuran, ada kubis, kentang, bayam, dan masih banyak lagi. Banyak keringat yang sudah dikeluarkan dari tubuh yang kuat ini, menanggung banyak beban untuk satu suap nasi. Aku istirahat sejenak untuk menikmati sehisap rokok surya, yang diberi sang pemilik toko pada ku.
    Siang yang itu aku mulai kerja lagi, terik sang surya sudah sampai titik terpanas,menancap dan mencambuk sekali panas siang itu, keringat banyak keluar, namun itu tak sebanding dengan beban ku di hidup ini yang berat. Ia tak peduli seberapa panas dan membakar matahari itu, tak ia beri kesempatan siang itu tubuh nya bersembunyi dari api itu. Setelah lelah mengangkat tubuh kurus itu bersandar pada dinding toko.
    Sore itu pasar mau tutup jadi Astom pulang dari tempat kerja nya itu, namun sebelum pulang ia mengambil jatah bayaran, sebagai kuli panggul.
      "Bang aku mau pulang, tolong bayarannya bang", minta ku sambil lelah.
      "Ini Rp.30.000,00 untuk hari ini, terima kasih ya", pemilik toko itu memberi pada ku sambil berterima kasih.
Aku berjalan pulang menuju ke rumah dengan badan lapar dan cape, "Puji Tuhan, dapat segini, lumayan untuk makan" rasa syukur sangat terasa dalam tubuh nya yang kurus itu. saat perjalanan, ia mampir ke warung makan, untuk beli makan karena sudah lapar sekali, tak banyak lauk yang ia makan, hanya tempe dan sambal. Kenyang sudah perut ini kata ku dalam hati, segera aku jalan balik ke rumah, karena sudah mau menjelang maghrib. Sampai rumah, badan lega karena aku bisa istirahat, membayar semua lelah ku siang ini.
   Pagi itu aku bangun,dengan badan yang lebih kuat, dengan baju yang kemarin aku berangkat menuju ke pasar. Saat jalan aku berpikir, bagaimana kalau aku mendaftar kerja yang lebih baik dari ini,mengingat aku seorang lulusan sma yang masih berumur 19 tahun.Â
       "Ah..tak usah banyak pikir,tak ada yang peduli padamu, sapa yang mau menerima kerja orang seperti mu" kataku pada angin yang menghembus.
    Sampai di pasar aku,mulai bekerja dan memakai tubuh kurus ini untuk menopang beban. Tak ada penegasan lain,aku selalu bilang untuk selalu kuat pada diri ini, berapapun uang yang aku dapat selalu syukuri.bKegiatan sehari hari ku semua terjadi sama.
    Pulang dari pasar dengan uang Rp 30.000,00, saat kembali aku kembali membeli makan di warung yang kemarin, dengan lauk yang sama. Saat berjalan aku melihat sebuah poster tentang pemberian sembako di balai desa, tubuhku seketika tegap, karena aku tak perlu membeli makan jadi aku bisa menghemat duit hasil kerja.
    Sampai di rumah aku langsung mengganti bajuku, entah pikiran apa yang hadir aku berpikir untuk membaca koran untuk menambah ilmu ku, waktu aku SMA aku tergolong siswa yang cukup pintar, namun karena nasib sudah menaruhku pada cobaan di sini ya mau bagaimana lagi. Kutemukan pada halaman belakang ada daftar lowongan pekerjaan, tak boleh pesimis pikir ku, ah sepertinya aku kurang cocok pada pekerjaan yang tinggi seperti ini,apa aku cari di pasar saja ya. Malam itu kubaring kan tubuh ku di matras karena lelah sekali untuk siang ini,kerja setengah hari. Astom tidur sangat lelap sekali malam ini, walau dunia sejahat ini padanya ia tetap mensyukuri segalanya, mungkin orang lain tak sekuat dia, remaja 19 tahun sudah dipaksa untuk banting tulang sendirian, karena keluarganya tak tau menghilang kemana, tak ada rasa peduli padanya jika membahas soal keluarga. Mungkin masa depan cerah akan menunggunya.
      Pagi itu astom bangun seperti biasa untuk kerja, dengan tangguh ia pergi ke pasar, matahari masih ingin bangun namun remaja ini sudah bangun dan siap banting tulang. Pagi ini suhu masih dingin dan angin berhembus kencang melembabkan kulit. Dingin sekali hari ini  pikirku, aku harus segera menuju pasar agar aku bisa istirahat sebentar, astaga ada preman itu lagi,aku harus segera pergi,dengan cepat ia berlari untuk menjauhi preman itu. Sudah cukup jauh ia lari dari preman itu, hingga sudah mau dekat dengan pasar.
       "Masih sepi, aku harus segera untuk istirahat, agar tubuh ini kuat", kataku.
       Astom punya badan kecil namun punya kekuatan dan sedikit otot, mungkin jika dilatih ia punya badan yang ideal, ya namun tak ada waktu untuk ia melakukan hal itu. Ia masuk kedalam pasar lalu ia mampir ke toko yang menjual makanan dan minuman, ia pun datang ke toko itu untuk membeli the botol dan juga roti sisir, toko kecil dengan etalase yang berisi banyak makanan dan sebuah kulkas yang berisi minuman,di atas etalase ada tempat menggantungkan rentengan sabun, micin, dan minuman serbuk. "Permisi" salamku, "oiya, mau beli apa mas?" Tanya perempuan itu, sejenak aku berpikir tentang perempuan ini, betapa manisnya ia,rambut panjang, matanya yang indah sayu,kulit sawo matang, dan sapanya yang lembut namun Ahh buang pikiran itu kau remaja miskin bodoh pikir ku," saya mau beli roti sisir ini dan the botol ini kataku, "semuanya Rp7.000,00 mas", aku langsung mengambil uang lalu membayarnya lalu segera aku pergi dari toko itu dan lanjut menuju ke tempat kerja.
       Sampai sana ada mas Ujang, seorang pria berusia 28 tahun yang sudah bekerja lama menjadi tukang panggul, "eh mas Ujang, apa kabar mas", sapa ku dan mulai membagi roti sisir kecil itu "baik mas, datang pagi banget nih?" "ia mas, biar bisa istirahat", kataku, "ini mas di makan rotinya", aku membagi roti itu, "wah makasih mas", ia mengambil roti nya, aku pun istirahat pada dinding toko yang terasa dingin. Toko Arif itu lah nama toko ini, toko kelontong dan sayuran yang punya bangunan yang cukup luas.
      Matahari pun sudah mulai menyinari dunia, aku pun langsung bergerak untuk menuju ke truk yang mengantar beberapa barang dari luar kota untuk di perjual belikan di pasar, bak truk terbuka dan langsung saja aku mengangkat barang barang itu dengan mas Ujang yang dari tadi menunggu ini. Hingga pada truk terakhir aku pun berhenti dan langsung meminta uang ke toko toko itu, uang itu pun aku dapat kan cukup banyak sekarang sekitar Rp45.000,00 cukup banyak menurutku karena sebanding dengan berat dan ramai truk hari ini. Aku berjalan pulang ke rumah saat itu aku berjalan dengan perlahan lahan menapaki sisi pasar yang sudah mulai sepi orang nya, nampaknya aku harus bayar uang pada preman yang kemarin pikir ku sambil berjalan dan setelah aku putuskan aku pun langsung menuju ke preman itu yang berada di pojok pasar dengan teguh ku pergi kesana.
       Sampai di pojok pasar aku pun langsung dapat melihat warung yang kumuh dan nampak tak terawat karena tempat nya gelap lalu jalur kesana nampak tak layak, di belakang gerobak warung ada sebuah rumah kecil dengan dinding batu bata saja dan lampu yang tak seberapa terang, ya itu adalah rumah preman itu dan tempat nongkrong para pengedar narkotika wilayah kota ini,namun kondisi nya sekarang sepi dan mencekam karena matahari sudah mulai menurun. Permisi!tuktuk! Aku mengetuk pintu itu dengan cukup keras namun tak ada jawaban dari dalam tapi aku akan tetap menunggu,"ada apa?"ada jawaban serak dari dalam rumah itu lalu beberapa saat kemudian pemilik ruamh itu pun keluar "Mengapa kau ke sini?" tanya nya pada ku dan aku pun tertegun sejenak.
"A...aku ingin membayar uatang bang", kata ku gugup karena takutÂ
"ehmm..kau, mana uangmu taruh sana saja", ia menunjuk kotak uang
 "baik bang, makasih ya bang", aku memasukan uang Rp45.000,00 itu ke kotak yang kecil itu", aku berjalan pergi "sebentar ,itu uangmu Rp45.000,00 kan, jangan sampai kurang, akan ku buat mati kau" bentak nya"i..iya bang ini Rp45.000,00", aku pun langsung pergi keluar dari tempat itu.Â
      Beda dari hari lain badan ku lebih segar dari sebelumnya entah mengapa bisa terjadi, sampai didepan pintu pasar aku tak sengaja melihat peristiwa yang tak mengenakan, yaitu ada seorang ibu yang dipukuli tapi aku cuma melihat saja tak melakukan apa-apa, aku langsung berjalan pulang menuju ke rumah. Sampai di rumah Aku langsung menuju ke kotak tabungan itu untuk membuka usaha yang baru agar bisa keluar dari keterpurukan ini, Cklekk! ku buka gembok kecil berkarat yang mengunci kuat tabungan ku yang berbentuk kotak kayu,wahh banyak sekali uang di dalam tabungan ku itu, Ku hitung jumlah uang itu sekitar 1 Juta rupiah lumayan banyak karena uang ini sudah ku kumpulkan lebih dari 2 tahun, "tapi aku bisa buka usaha apa ya dengan ini", pikirku dalam hati tiba tiba ide cemerlang datang ya itu aku ingin coba usaha telur keliling. Aku buka usaha itu, tak semudah itu membuka usaha banyak pergulatan yaitu dicuri, telur pecah, dan lain lain namun di situ aku coba berusaha. Aku benar benar kecewa dengan usaha ku ini tak ada lagi yang bisa ku lakukan karena uang ku semua sudah habis,apa Aku mencuri saja ya dalam benak ku berpikir seperti itu, namun aku pun tetap memakan sisa sisa uangku itu untuk makan saja karena mencuri bukanlah hal yang baik dan tak pantas.Â
         Aku pun memutuskan untuk bekerja di tempat toko toko kelontong untuk makan lumayan untuk kerjaan selingan. Hingga gaji ku lumayan ya cukup untuk menghidupi diri dan usaha kecil ku,Puji Tuhan kataku dalam hati. Saat Aku pulang, aku melihat sebuah restoran yang tampaknya pas untuk diajak usaha, aku sebagai pemasok telur untuknya. Aku masuk ke toko itu dan langsung bertemu dengan pemilik toko itu, "misi pak, mau kerja sama nggak pak?" Tanya ku "kerja sama apa ya mas?" Tanya bapak itu "saya seorang penjual telur, bapak mau ngga jadi pelanggan saya?" Jelas ku, "oo, boleh mas kebetulan saya juga gak ada langganan" senyum pada lubuk hati ini sangat meriah. Sekitar lebih dari 10 bulan aku berhasil bekerjasama. Aku tetap bekerja sebagai jaga jaga ku jika usaha ku rugi. Peralahan masalah keuangan ku mulai mereda dan bangkit ke atas, banyak orang baik mau kerja sama. Dengan ilmu ekonomi aku berhasil membuat usaha ku meningkat drastis dari sebelumnya, aku mulai menarik banyak resto besar untuk kerjasama. Banyak juga orang yang tak suka karena mereka iri pada ku karena usaha ku cukup laku.
        Suatu saat aku melihat progress tentang barang-barang mebel,aku ingin usaha ini juga pikirku dalam hati. Aku pergi muter muter mencari gudang yang pas untuk usaha mebel ini, 1 Jam aku mengendarai motor dan akhirnya ketemu tempat yang pas, sebuah bangunan dari batu bata dan punya luas yang cukup luas dan juga atap dari bangunan ini tinggi. Aku membuka usaha di sana hampir 1 Tahun, sekarang tempat itu sudah penuh dengan serpihan kayu, kayu kayu balok,dan karya karya kayu yang dibuat para tukang, Usaha ini juga sempat tak laku dan hampir ingin tutup namun aku bisa support lagi. Namun ada satu usaha yang gagal yaitu jualan buah buahan,usaha itu hancur karena kalah saing dengan yang baru buka karena toko yang baru buka harganya dibuat murah dan buah nya enak tapi, mau gimana lagi tak semua usaha itu lancar terus.Â
       Astom pemuda miskin yang berhasil mengangkat ekonomi dengan berbagai cara yang bagus tak merugikan orang lain, dari tukang angkat menjadi pengusaha yang baik, walau tak terlalu kaya setidaknya sekarang ia tak bingung biasa makan apa tidak.
       20 Tahun kemudianÂ
     Aku bisa punya uang untuk hidup dan di usia ku yang 46 tahun ini aku sudah punya rumah kecil untuk tinggal, tak Cuma usaha telur yang ku geluti sekarang namun ada, penjual sayur dan mabel hingga aku sukses tanpa seorang pun sekarang. Istimewa aku bisa memberi pekerja pada mas Ujang sekarang. Aku belajar bahwa lika liku hidup ku ini adalah baru separuh dari yang Tuhan berikan, dengan seluruh energi aku berhasil mengangkat roda hidup ku ke atas ini. Aku tak akan takut bergulat dengan hidup karena aku sudah pernah dicobai Tuhan hingga titik akhir dari miskin, ini adalah hadiah dari Tuhan atas usaha ku.
     Aku membantu teman teman ku yang lama yang pernah menjadi remaja tangguh atas hidup iniÂ
*TAMAT*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H