Mohon tunggu...
Cosmas
Cosmas Mohon Tunggu... Pelaut - siswa

murid keren

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keringat Terakhir

23 Maret 2024   09:47 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:49 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 "baik bang, makasih ya bang", aku memasukan uang Rp45.000,00 itu ke kotak yang kecil itu", aku berjalan pergi "sebentar ,itu uangmu Rp45.000,00 kan, jangan sampai kurang, akan ku buat mati kau" bentak nya"i..iya bang ini Rp45.000,00", aku pun langsung pergi keluar dari tempat itu. 

           Beda dari hari lain badan ku lebih segar dari sebelumnya entah mengapa bisa terjadi, sampai didepan pintu pasar aku tak sengaja melihat peristiwa yang tak mengenakan, yaitu ada seorang ibu yang dipukuli tapi aku cuma melihat saja tak melakukan apa-apa, aku langsung berjalan pulang menuju ke rumah. Sampai di rumah Aku langsung menuju ke kotak tabungan itu untuk membuka usaha yang baru agar bisa keluar dari keterpurukan ini, Cklekk! ku buka gembok kecil berkarat yang mengunci kuat tabungan ku yang berbentuk kotak kayu,wahh banyak sekali uang di dalam tabungan ku itu, Ku hitung jumlah uang itu sekitar 1 Juta rupiah lumayan banyak karena uang ini sudah ku kumpulkan lebih dari 2 tahun, "tapi aku bisa buka usaha apa ya dengan ini", pikirku dalam hati tiba tiba ide cemerlang datang ya itu aku ingin coba usaha telur keliling. Aku buka usaha itu, tak semudah itu membuka usaha banyak pergulatan yaitu dicuri, telur pecah, dan lain lain namun di situ aku coba berusaha. Aku benar benar kecewa dengan usaha ku ini tak ada lagi yang bisa ku lakukan karena uang ku semua sudah habis,apa Aku mencuri saja ya dalam benak ku berpikir seperti itu, namun aku pun tetap memakan sisa sisa uangku itu untuk makan saja karena mencuri bukanlah hal yang baik dan tak pantas. 

                 Aku pun memutuskan untuk bekerja di tempat toko toko kelontong untuk makan lumayan untuk kerjaan selingan. Hingga gaji ku lumayan ya cukup untuk menghidupi diri dan usaha kecil ku,Puji Tuhan kataku dalam hati. Saat Aku pulang, aku melihat sebuah restoran yang tampaknya pas untuk diajak usaha, aku sebagai pemasok telur untuknya. Aku masuk ke toko itu dan langsung bertemu dengan pemilik toko itu, "misi pak, mau kerja sama nggak pak?" Tanya ku "kerja sama apa ya mas?" Tanya bapak itu "saya seorang penjual telur, bapak mau ngga jadi pelanggan saya?" Jelas ku, "oo, boleh mas kebetulan saya juga gak ada langganan" senyum pada lubuk hati ini sangat meriah. Sekitar lebih dari 10 bulan aku berhasil bekerjasama. Aku tetap bekerja sebagai jaga jaga ku jika usaha ku rugi. Peralahan masalah keuangan ku mulai mereda dan bangkit ke atas, banyak orang baik mau kerja sama. Dengan ilmu ekonomi aku berhasil membuat usaha ku meningkat drastis dari sebelumnya, aku mulai menarik banyak resto besar untuk kerjasama. Banyak juga orang yang tak suka karena mereka iri pada ku karena usaha ku cukup laku.

               Suatu saat aku melihat progress tentang barang-barang mebel,aku ingin usaha ini juga pikirku dalam hati. Aku pergi muter muter mencari gudang yang pas untuk usaha mebel ini, 1 Jam aku mengendarai motor dan akhirnya ketemu tempat yang pas, sebuah bangunan dari batu bata dan punya luas yang cukup luas dan juga atap dari bangunan ini tinggi. Aku membuka usaha di sana hampir 1 Tahun, sekarang tempat itu sudah penuh dengan serpihan kayu, kayu kayu balok,dan karya karya kayu yang dibuat para tukang, Usaha ini juga sempat tak laku dan hampir ingin tutup namun aku bisa support lagi. Namun ada satu usaha yang gagal yaitu jualan buah buahan,usaha itu hancur karena kalah saing dengan yang baru buka karena toko yang baru buka harganya dibuat murah dan buah nya enak tapi, mau gimana lagi tak semua usaha itu lancar terus. 

             Astom pemuda miskin yang berhasil mengangkat ekonomi dengan berbagai cara yang bagus tak merugikan orang lain, dari tukang angkat menjadi pengusaha yang baik, walau tak terlalu kaya setidaknya sekarang ia tak bingung biasa makan apa tidak.

              20 Tahun kemudian 

          Aku bisa punya uang untuk hidup dan di usia ku yang 46 tahun ini aku sudah punya rumah kecil untuk tinggal, tak Cuma usaha telur yang ku geluti sekarang namun ada, penjual sayur dan mabel hingga aku sukses tanpa seorang pun sekarang. Istimewa aku bisa memberi pekerja pada mas Ujang sekarang. Aku belajar bahwa lika liku hidup ku ini adalah baru separuh dari yang Tuhan berikan, dengan seluruh energi aku berhasil mengangkat roda hidup ku ke atas ini. Aku tak akan takut bergulat dengan hidup karena aku sudah pernah dicobai Tuhan hingga titik akhir dari miskin, ini adalah hadiah dari Tuhan atas usaha ku.

          Aku membantu teman teman ku yang lama yang pernah menjadi remaja tangguh atas hidup ini 

*TAMAT*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun