Mohon tunggu...
Cosmas
Cosmas Mohon Tunggu... Pelaut - siswa

murid keren

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keringat Terakhir

23 Maret 2024   09:47 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:49 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

       Sampai di pasar aku,mulai bekerja dan memakai tubuh kurus ini untuk menopang beban. Tak ada penegasan lain,aku selalu bilang untuk selalu kuat pada diri ini, berapapun uang yang aku dapat selalu syukuri.bKegiatan sehari hari ku semua terjadi sama.

       Pulang dari pasar dengan uang Rp 30.000,00, saat kembali aku kembali membeli makan di warung yang kemarin, dengan lauk yang sama. Saat berjalan aku melihat sebuah poster tentang pemberian sembako di balai desa, tubuhku seketika tegap, karena aku tak perlu membeli makan jadi aku bisa menghemat duit hasil kerja.

        Sampai di rumah aku langsung mengganti bajuku, entah pikiran apa yang hadir aku berpikir untuk membaca koran untuk menambah ilmu ku, waktu aku SMA aku tergolong siswa yang cukup pintar, namun karena nasib sudah menaruhku pada cobaan di sini ya mau bagaimana lagi. Kutemukan pada halaman belakang ada daftar lowongan pekerjaan, tak boleh pesimis pikir ku, ah sepertinya aku kurang cocok pada pekerjaan yang tinggi seperti ini,apa aku cari di pasar saja ya. Malam itu kubaring kan tubuh ku di matras karena lelah sekali untuk siang ini,kerja setengah hari. Astom tidur sangat lelap sekali malam ini, walau dunia sejahat ini padanya ia tetap mensyukuri segalanya, mungkin orang lain tak sekuat dia, remaja 19 tahun sudah dipaksa untuk banting tulang sendirian, karena keluarganya tak tau menghilang kemana, tak ada rasa peduli padanya jika membahas soal keluarga. Mungkin masa depan cerah akan menunggunya.

            Pagi itu astom bangun seperti biasa untuk kerja, dengan tangguh ia pergi ke pasar, matahari masih ingin bangun namun remaja ini sudah bangun dan siap banting tulang. Pagi ini suhu masih dingin dan angin berhembus kencang melembabkan kulit. Dingin sekali hari ini  pikirku, aku harus segera menuju pasar agar aku bisa istirahat sebentar, astaga ada preman itu lagi,aku harus segera pergi,dengan cepat ia berlari untuk menjauhi preman itu. Sudah cukup jauh ia lari dari preman itu, hingga sudah mau dekat dengan pasar.

              "Masih sepi, aku harus segera untuk istirahat, agar tubuh ini kuat", kataku.

              Astom punya badan kecil namun punya kekuatan dan sedikit otot, mungkin jika dilatih ia punya badan yang ideal, ya namun tak ada waktu untuk ia melakukan hal itu. Ia masuk kedalam pasar lalu ia mampir ke toko yang menjual makanan dan minuman, ia pun datang ke toko itu untuk membeli the botol dan juga roti sisir, toko kecil dengan etalase yang berisi banyak makanan dan sebuah kulkas yang berisi minuman,di atas etalase ada tempat menggantungkan rentengan sabun, micin, dan minuman serbuk. "Permisi" salamku, "oiya, mau beli apa mas?" Tanya perempuan itu, sejenak aku berpikir tentang perempuan ini, betapa manisnya ia,rambut panjang, matanya yang indah sayu,kulit sawo matang, dan sapanya yang lembut namun Ahh buang pikiran itu kau remaja miskin bodoh pikir ku," saya mau beli roti sisir ini dan the botol ini kataku, "semuanya Rp7.000,00 mas", aku langsung mengambil uang lalu membayarnya lalu segera aku pergi dari toko itu dan lanjut menuju ke tempat kerja.

             Sampai sana ada mas Ujang, seorang pria berusia 28 tahun yang sudah bekerja lama menjadi tukang panggul, "eh mas Ujang, apa kabar mas", sapa ku dan mulai membagi roti sisir kecil itu "baik mas, datang pagi banget nih?" "ia mas, biar bisa istirahat", kataku, "ini mas di makan rotinya", aku membagi roti itu, "wah makasih mas", ia mengambil roti nya, aku pun istirahat pada dinding toko yang terasa dingin. Toko Arif itu lah nama toko ini, toko kelontong dan sayuran yang punya bangunan yang cukup luas.

            Matahari pun sudah mulai menyinari dunia, aku pun langsung bergerak untuk menuju ke truk yang mengantar beberapa barang dari luar kota untuk di perjual belikan di pasar, bak truk terbuka dan langsung saja aku mengangkat barang barang itu dengan mas Ujang yang dari tadi menunggu ini. Hingga pada truk terakhir aku pun berhenti dan langsung meminta uang ke toko toko itu, uang itu pun aku dapat kan cukup banyak sekarang sekitar Rp45.000,00 cukup banyak menurutku karena sebanding dengan berat dan ramai truk hari ini. Aku berjalan pulang ke rumah saat itu aku berjalan dengan perlahan lahan menapaki sisi pasar yang sudah mulai sepi orang nya, nampaknya aku harus bayar uang pada preman yang kemarin pikir ku sambil berjalan dan setelah aku putuskan aku pun langsung menuju ke preman itu yang berada di pojok pasar dengan teguh ku pergi kesana.

              Sampai di pojok pasar aku pun langsung dapat melihat warung yang kumuh dan nampak tak terawat karena tempat nya gelap lalu jalur kesana nampak tak layak, di belakang gerobak warung ada sebuah rumah kecil dengan dinding batu bata saja dan lampu yang tak seberapa terang, ya itu adalah rumah preman itu dan tempat nongkrong para pengedar narkotika wilayah kota ini,namun kondisi nya sekarang sepi dan mencekam karena matahari sudah mulai menurun. Permisi!tuktuk! Aku mengetuk pintu itu dengan cukup keras namun tak ada jawaban dari dalam tapi aku akan tetap menunggu,"ada apa?"ada jawaban serak dari dalam rumah itu lalu beberapa saat kemudian pemilik ruamh itu pun keluar "Mengapa kau ke sini?" tanya nya pada ku dan aku pun tertegun sejenak.

"A...aku ingin membayar uatang bang", kata ku gugup karena takut 

"ehmm..kau, mana uangmu taruh sana saja", ia menunjuk kotak uang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun