Mohon tunggu...
Cornelius JuanPrawira
Cornelius JuanPrawira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Politeknik Negeri Jakarta

Pencari suaka dan kebijaksanaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bebas Eksis Melampaui Sekat Politik

18 April 2024   20:50 Diperbarui: 18 April 2024   23:42 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Ada untuk Dirinya 

 

            Fenomena yang diinterpretasi Sartre, terkait mauvaise foi dan reifikasi, mewujud sebagai permulaan untuk menuju "kebebasan". Mengapa kebebasan? Pertama, Sartre menolak segala bentuk determinasi, dan kedua, ia berpadangan bahwa manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya sendiri.[9] Dua pemahaman ini menjadi peralihan being in-itself (ada dalam dirinya) menuju being for-itself (ada untuk dirinya).

 

            Pertama, being in-itself yang digambarkan Sartre sebagai situasi pejal, reifikatif, inheren, determinasi, dan tidak dapat menjadi "yang lain", dinegasikan oleh kesadaran manusia yang menciptakan "ketiadaan" dari dirinya. Negasi ini dapat digambarkan ketika kesadaran yang ada dalam diri manusia menyadari esensi dari dirinya sekaligus menidak atau menyangkal esensi dari dirinya. 

Sadar bahwa ia tidak harus melulu seperti itu dan mampu menjadi "yang lain"; yang tiada dari dirinya.[10] Kesadaran, baginya, adalah sadar dirinya akan kenyataan sekaligus mempertanyakan /kenyataan. Inilah yang dalam pemikiran Sartre disebut kebebasan. 

 

Melalui pemikiran Satre ini, kita diundang untuk keluar dari arus sekat-sekat politik yang mampu memperbudak dan merugikan pihak lain atas dasar kepentingan subjektif atau golongan tertentu. Dalam menciptakan kesadaran akan kebebasan, dalam arti tidak dipersempit oleh fenomena tersebut, seseorang perlu sadar bahwa ia tidak harus menjadi pengikut total kubu tertentu. 

Perlunya bersikap netral, baik itu berkubu atau sebaliknya. Artinya, meski berpihak, seseorang menjalankan apa yang baik dan benar untuk dijalankan sekaligus menidak bahkan mengkonfrontir apa yang tidak tepat dan tidak benar untuk dilakukan.            

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun