Ketika Nilai Diri > Harga Diri
Sebaliknya, orang yang memiliki nilai diri > harga diri biasanya lebih pemaaf, lebih sabar dan lebih legowo karena dia menyadari bahwa orang yang menyerang harga dirinya, tidak menentukan nilai dirinya. Merek menyadari bahwa meski orang lain mengambil seluruh harga dirinya, nilai dirinya sudah cukup tinggi di dalam jiwa mereka.
Pengambilan Keputusan Sebagai Manifestasi Pembentukan Nilai Diri.
Lalu apa hubungannya dengan anak-anak?
Saya selalu sampaikan kepada teman-teman saya untuk melatih anak-anak mereka cara mengambil keputusan yang baik. Dan bahwa di setiap keputusan memiliki konsekuensinya sendiri-sendiri.Â
Sebagai orang tua, acapkali kita tidak tega melihat anak kita menanggung konsekuensi dari keputusan buruk yang diambil anak kita. Betul, tidak semua anak bisa belajar dari trauma. Namun tidak semua anak pun bisa belajar melalui kasih.
Membiarkan anak mengambil keputusan adalah satu bentuk penghormatan dan kasih dari orang tua kepada anak.Â
Karena ketika mereka mengambil keputusan, yang mereka sedang kejar adalah pembentukan nilai diri yang pada akhirnya akan berujung pada penemuan jati diri. Jadi, ketika kita melarang anak kita untuk mengambil keputusan, kita secara otomatis mencegah mereka untuk membentuk nilai diri mereka, dan secara tidak langsung pula mencegah mereka menemukan jati diri mereka.Â
Maka tak heran ada banyak anak yang menyimpan begitu kemarahan karena memiliki orang tua yang over-controlling: yang menentukan mereka harus makan apa, pergi kemana dengan baju apa, bahkan hal2 sepele seperti macam masker apa yang mereka harus kenakan.
Orang tua yang terlalu over-controling, yang tidak mengajarkan anaknya untuk mengambil keputusan akan menciptakan dua macam anak: antara mereka menciptakan anak yang sangat penurut yang sangat bergantung pada orang tuanya hingga dewasa, atau menciptakan anak pembangkang yang merasa bahwa orang tuanya terlalu membatasi dia.Â