Aku mampir ke warung, membeli gandasturi kesukaan ibu dan bapak. Ketiga kakakku sudah bahagia dengan keluarganya masing-masing. Kini giliranku untuk bahagia dengan kesederhanaan yang memang sudah menjadi bagianku. Aku sudah bekerja, punya penghasilan sendiri, bisa membantu dan menemani kedua orangtuaku menjalani masa-masa tua mereka.
Terkadang momen dimana aku ingin mati, melompat begitu saja  di pelupuk mataku, aku tertawa sendiri dan bersyukur Tuhan tidak terlalu ambil pusing dengan keinginanku saat itu.
Begitu aku memasuki gang rumah, ibu melambaikan tangannya dengan riuh -- tidak seperti biasanya. Aku mempercepat langkah. Aku sedikit berlari dan tiba-tiba berhenti melihat dia -- yang cukup kukenal berdiri di antara ibu dan bapakku.
"Aris?"
Laki-laki itu tersipu malu sedang wajah ibu dan bapak penuh bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H