Mohon tunggu...
Conni Aruan
Conni Aruan Mohon Tunggu... Administrasi - Apa ya?

Zombie

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sini, Kupeluk Hatimu dan Kubawa Pulang

3 Februari 2016   20:11 Diperbarui: 4 Februari 2016   11:12 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar: http://wvs.topleftpixel.com/10/11/22/"][/caption]Pohon-pohon berlari mundur sementara kita melesat membelah malam. Kamu tahu apa yang paling berharga dalam kebersamaan kita? Aku suka diam yang melayang-layang di antara kita. Aku suka diam yang membuatku bebas menatap dan meneliti setiap inchi wajahmu. Aku suka diam yang membuatku semakin tergila-gila ingin tahu apa yang ada dipikiranmu. Apakah kamu memikirkan aku, jalanan yang  basah oleh hujan, mesin-mesin yang tak kunjung selesai dirakit,  atau tempat tidurmu yang nyaman di rumah. Lalu aku juga suka diam saat Bonjovi menyuarakan lagu-lagu ratapan cintanya, aku suka menebak-nebak lagu manakah yang akan menjadi lagu kita berdua, lagu yang akan aku dengarkan saat aku kangen kamu.

Cuma, adakah nanti kamu akan merindukanku?

“Jangan bengong,” katamu pelan.

Aku menoleh cepat dan mendapati kedua matamu menatap cemas kepadaku. “Aku ga bengong, aku hanya berpikir...” ucapanku terhenti saat menyadari apa yang akan aku ucapkan selanjutnya akan menimbulkan masalah. Jadi aku menyimpan perkataan itu jauh di kotak hatiku. Seperti biasa, kamu hanya mengerucutkan bibirmu dan kembali menatap jalanan.

Kadang aku berpikir, pernahkah terbersit dipikiranmu tentang apa yang ada di kepalaku saat bersamamu? Atau kenapa aku menatap matamu begitu dalam? Kenapa aku menarik  ujung bajumu saat menyeberang jalanan? Kenapa aku selalu mengekorimu? Kenapa aku betah berjam-jam berkirim pesan atau meneleponmu? Kenapa ujung mataku selalu mencari sosokmu di kerumunan? Kenapa aku seperti curut yang terbirit bersembunyi jika bertemu denganmu? Kenapa aku selalu terdiam di awal percakapan-percakapan? Ya ampun, ini memalukan sekali untuk kuakui. Aku sangat menyukai suaramu dan semuanya yang ada pada dirimu.

Cuma, adakah kamu menyukaiku barang sedikit pun?

Kita memasuki komplek perumahaan tempat aku menyewa satu kamar untuk pulang setiap hari setelah delapan atau sepuluh jam di kubikel dengan tumpukan dokumen yang mesti kuselesaikan. Kamu masih diam. Aku juga diam. Hahhhh. Diam...

Kita berhenti tepat di depan rumah berlantai empat. Kamu mematikan musik. Meraih barang-barangku dari kursi belakang, memasukkan ke dalam tas dan menyerahkan kepadaku, sedang jaket kamu letakkan di pangkuanku.

“Ayo pulang, “ ajakmu sambil membukakan pintu.

Aku bergeming menatap lurus pada jalanan. Aku enggak ingin pulang. Aku ingin bergulung seperti ulat dan menangis memohon untuk bisa tetap ikut bersamamu. Tapi aku memang harus pulang, karena aku bukan apa-apa...

“Ayo, “ajakmu sekali lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun