Aku menatapnya dalam-dalam kemudian kualihkan pandangan kembali ke jalanan di depan.
"Sia-sia bokap lo nyekolahin lo jauh-jauh sampe Groningen, balas email doang lo nggak tau caranya." candanya sambil tergelak.
"Sial" ujarku ikut sedikit tertawa. "bukan gitu Al, cerita hidup gue di sana, nggak semenarik cerita lo."
Alina terdiam, lalu aku mendengar desah napasnya saat dia kembali menatapku. Aku bisa merasakan kalau saat ini Alina memberiku tatapan-tatapan kasihan. Yes, Al, I deserve that look. I am truly fucking pathetic Al.Â
Akhirnya Alina menjawab, dengan serius, "tulis aja Def, gimana pun nggak menariknya cerita lo, gue tetap mau bacanya, tetap gue tunggu-tunggu balesan email dari lo."
And it just warms my heart, kata-kata Alina barusan yang langsung gue artikan dengan "I don't care about your story Def, All I care is you. Gue cuma mau tau kalau kabar lo baik-baik aja". semoga aku nggak kepedean.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H