Mohon tunggu...
Okia Prawasti
Okia Prawasti Mohon Tunggu... Content Writer -

Interested in movies, lifestyle, fashion, popular news and complicated relationship.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Takkan Terganti (Eps.2)

19 September 2018   15:00 Diperbarui: 19 September 2018   15:17 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Source: Adult Pleasure

Kakiku lemas, aku langsung terduduk bersimpuh di samping makamnya. Alina menyentuh dan mengusap-usap bahuku dengan lembut. Lalu dia berkata pelan, "Def, gue nunggu di parkiran ya"

Entah itu rindu atau air mataku yang sejak tadi kutahan, mungkin keduanya. Aku mulai berdoa untuk ibuku, namun air mataku jatuh juga. Kupandangi bunga Krisan yang tadi dibeli Alina, dan saat itu ingatanku dipenuhi tentang ibuku. Di antara banyaknya alasan kenapa ibuku menyukai bunga Krisan, aku ingat satu alasan yang pernah dikatakannya padaku. Menurut ilmu Feng Shui, bunga Krisan dipercaya sebagai bunga yang mampu menebarkan banyak kebahagiaan dan gelak tawa dalam rumah. You know Bu, obviously, you are my Chrysanths, since you're not around there is no happiness and laughter in me. 

Kuhapus sisa-sia air mataku sambil berjalan menuju parkiran. Kulihat Alina memandangku dari jauh, lalu ia tersenyum saat aku sudah berada di depannya.

"Udah?"

 Apanya yang udah Al? udah terbayar rinduku padanya? Jawabannya, udah pasti belum Al.

Aku menjawabnya hanya dengan mengangguk. "gue aja yang nyetir Al, gantian aja."

Alina memandangku seolah-olah memastikan kalau aku baik-baik aja. Lalu ia pun mengangguk setuju.

"Oke" jawabnya.

Aku mengendarai mobil pelan-pelan, sesuai perintah Alina. Mungkin tadi maksudnya Alina hati-hati nyetirnya, tapi dia bilang 'pelan-pelan', atau memang dia ingin berlama-lama denganku? Karna aku pun juga ingin begitu. Aku selalu merasa nyaman berada di dekatnya, sejak dari dulu.

Aku menoleh ke arahnya, rambut Alina diikat sekenanya, tapi tetap aja enak diliat. Memandangi Alina dari samping begini, tampak jelas hidungnya yang mancung banget itu. Alina memang manis sekali, benar yang ibuku bilang saat Alina masih kecil dulu. Merasa diperhatikan, Alina pun balas menoleh ke arahku yang membuatku mengalihkan pandangan ke depan.

Aku merasa Alina tersenyum kecil, "lo apa kabarnya sih Def?" tanyanya pelan memulai pembicaraan setelah sudah hampir lima menit kami saling diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun