Ibuku tergelak mendengar pertanyaanku, "karna memang sudah begitu sebutannya dari dulu."
"Bukan bu, karena memang kata-kata itu tadi, butuhnya kata 'ibu' bukan kata yang lain untuk melengkapinya. Kan aneh kalo jadinya Hari Mami, Bunda Kota, Mama Jari, hahahaha... aneh kan bu?"
Ibuku hanya menggeleng sambil tersenyum. "jadi itu yang bikin sebutan atau panggilan 'ibu' itu romantis?"
Aku diam sebentar, masih bingung sih sebenarnya, tapi aku mencoba untuk menghubungkan arti kata 'romantis' yang tertera di KBBI dengan kata 'ibu'.
"Kurang lebih begitulah bu, seperti di dalam cerita roman aja, kalo seorang tokoh udah suka sama satu objek, dia pasti nggak mau sama objek yang lain, sama kayak Defra yang udah terlanjur suka sama kata 'ibu'. Terus Defra mau setiap Defra manggil Ibu dengan sebutan 'Ibu' ada unsur-unsur mesra dan mengasyikkan yang punya arti mendalam bu."
Ibuku mengernyitkan keningnya, tak mengerti dengan penjelasan anehku. Aku juga ngerasa, ngomong apa sih aku barusan? Otakku capek banget abis mikir keras. Maklum saja masih otak anak SD.
"Okay, but still, it was pretty complicated to understand. What's the point? Kenapa mesti dibuat romantis Def?"
Kujawab dia, "Because, Bu, you're always doing romantic things, so you deserve a romantic call as well."
Setuju kan kalau aku bilang, nothing is the most romantic than what the mothers do for their children.
Kehilangan Ibu seperti tersesat di hutan, sendirian dan semua perlengkapan kita juga hilang. Haus, lapar, bingung, takut, buta arah, mungkin masih bisa berusaha mencari jalan pulang, but I bet it will be extremely hard.Â
Bu, Defra pulang, anakmu kini pulang karena rindu. Alina membawakan bunga Krisan warna-warni untuk ibu, Alina-gadis kecil yang manis, begitu kan dulu julukan ibu untuk dia?