Mohon tunggu...
Muhamad Karim
Muhamad Karim Mohon Tunggu... Dosen - Saya seorang Akademisi

Bidang Keahlian saya Kelautan dan perikanan, ekologi, ekonomi politik sumber daya alam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Budaya Maritim

27 September 2019   07:32 Diperbarui: 27 September 2019   07:43 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan pendidikan tinggi di Korea Selatan mengakibatkan negara ini mampu membangun industri galangan kapal berkelas dunia pasca berakhirnya perang Korea yaitu Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), Hyundai Heavy Industries Co Ltd. (HHI), dan Samsung Heavy Industries (SHI). 

Laporan Clarkson Research Studies dari Inggris mencatat bahwa triwulan pertama 2018 ia menduduki peringkat pertama menerima pesanan galangan kapal  dunia dan mampu menyalip China yang turun ke peringkat kedua. Selanjutkan disebutkan bahwa negara ini menerima pesanan pembuatan kapal Korea Selatan mencapai 52 unit, 2,63 juta CGT pada periode Januari hingga Maret 2018. 

Bandingkan, China yang hanya 196 CGT dalam periode yang sama. Akibatnya, Korea Selatan menerima pesanan kapal dunia hingga  42,2% ketimbang China 31,5%.  Selain China dan Korea Seatan, negara Asia lainnya yang sudah lebih dahulu kuat pendidikan, teknologi dan industri  kemaritimannya yaitu Jepang. Makanya, wajar ketiganya kerap disebut keajaiban Asia (Asian Miracle). 

Bercermin dari kemajuan ketiga negara Asia yang serius membangun kemaritimannya,  Indonesia mestinya membangun budaya maritim lewat pendidikan dan pengembangan SDM yang serius. Nantinya tidak ada lagi cerita di negeri ini sulit membangun armada kapal nelayan, serta  keluhan mahalnya mendistribusikan barang dan jasa lewat laut.

 Pada tataran praksis, budaya maritim juga mesti ditransformasikan dalam kepemimpinan nasional  yang mempraktikan budaya egaliter dan merakyat. Pasalnya, ciri khas masyarakat maritim adalah terbuka, egaliter, mudah menerima pemikiran baru,  dinamis, outward looking, dan berani mengambil resiko. 

Karakter ini ditemukan kultur yang berlangsung dalam pelayaran sebuah kapal atau perahu. Memang ada nakhoda yang memimpin pelayaran tetapi awak kapal mengutamakan kerjasama dan disiplin sebab jika ceroboh maka resikonya bisa karam dan membahayakan keselamatan jiwa.

Karakter ini juga nampak tatkala kapal menghadapi hantaman ombak.besar dan badai. Semua awak kapal bergotong royong menghadapinya sesuai tanggungjawabnya. Selain itu, pemimpin berbudaya maritim juga seorang pemberani dan religius-majis. 

Pasalnya,  perjalanan mengarungi lautan luas membutuhkan nyali besar, dan tetap menyandarkan keselamatan pada Tuhan yang maha kuasa. Pemimpin maritim harus piawai membaca tanda-tanda alam.  

Di masa silam sebelum adanya alat navigasi canggih pelaut Nusantara menggunakan tanda-tanda alam tatkala mengarungi lautan. Rasi bintang sebagai tanda untuk menentukan arah haluan kapal.

Bagi nelayan adanya perilaku burung yang terbang bergerombol menandakan di lokasi itu banyak ikan. Juga, bentuk awan akan menandakan bahwa adanya pulau atau daratan terdekat.

Merujuk uraian di atas, membangun budaya maritim lewat pendidikan dan tranformasi kepemimpinan nasional untuk mewujudkan poros maritim dunia jadi keniscayaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun