Beroperasinya perusahaan pertambangan di wilayah Bahodopi telah menyebabkan terjadinya pertambahan penduduk di wilayah tersebut.Â
Hal itu karena banyak warga dari luar daerah yang datang ke Bahodopi untuk bekerja di perusahaan pertambangan. Mereka membutuhkan tempat tinggal yang bisa dimanfaatkan untuk istirahat atau berkumpul dengan keluarga setelah bekerja.Â
Karena perusahaan memiliki keterbatasan dalam menyediakan fasilitas tempat tinggal bagi pekerjanya, maka akhirnya banyak pekerja yang mencari tempat tinggal di desa-desa lingkar tambang. Kondisi tersebut mendorong sebagian warga masyarakat di desa lingkar tambang untuk membangun kos-kosan guna disewakan kepada para pendatang.Â
Banyak pula warga masyarakat di desa lingkar tambang yang membuka usaha perdagangan dan jasa, seperti toko kelontong, warung makan, usaha laundry dll untuk memenuhi kebutuhan warga pendatang. Selain itu, ada pula warga masyarakat di desa lingkar tambang yang menjadi mitra perusahaan untuk memasok berbagai kebutuhan perusahaan, misalnya beras, daging ayam, sayur dan telur.
Usaha jasa persewaan tempat kos meski menjadi fenonema di semua desa lingkar tambang, tetapi paling banyak dilakukan oleh warga di desa-desa yang letaknya dekat dengan perusahaan pertambangan, seperti Fatufia, Keuria, Labota, Bahodopi, dan Bahomakmur.Â
Sebagian besar warga di desa-desa tersebut memiliki usaha jasa sewa tempat kos, dan rata-rata seorang warga memiliki kamar kos sekitar 5 hingga 10 buah. Pada umumnya warga memperoleh modal untuk membangun bangunan kos dari menjual sebagian lahan yang dimiliki atau mengambil kredit dari lembaga perbangkan.
Usaha jasa persewaan tempat kos mulai muncul sejak tahun 2015 namun semakin marak dalam beberapa tahun terakhir, akibat semakin banyaknya warga pendatang yang bekerja di perusahaan pertambangan. Usaha tersebut juga tidak hanya dilakukan oleh warga lokal, yaitu warga yang sudah lama tinggal di wilayah Bahodopi tetapi juga oleh warga pendatang, khususnya warga pendatang dari Sulawesi Selatan.Â
Pada umumnya mereka membeli lahan milik warga lokal dan membuat bangunan untuk tempat kos. Penghasilan dari usaha sewa tempat kos relatif tinggi karena rata-rata tarif kos di wilayah Bahodopi berkisar antara Rp.750.000 hingga Rp.1.500.000,-/bulan. Apabila seorang warga memiliki kamar kos sebanyak 10 buah maka dalam satu bulan ia dapat memperoleh penghasilan minimal sebesar Rp.7.500.000,-.
Usaha di bidang perdagangan yang banyak dilaksanakan oleh warga di desa-desa lingkar tambang adalah usaha warung makan, toko kelontong, toko pakaian, toko BBM, dll. Sedangkan usaha jasa yang banyak dikembangkan oleh warga di desa-desa lingkar tambang selain sewa tempat kos adalah usaha jasa laundry, salon, bengkel motor, tempat pencucian motor/mobil, dll. Usaha di bidang perdagangan dan jasa di wilayah Bahodopi semakin marak berkat keterlibatan warga pendatang dalam usaha tersebut.Â
Banyak warga pendatang, khususnya pendatang dari wilayah Sulawesi Selatan yang juga ikut mengembangkan usaha di bidang perdagangan dan jasa. Akibat banyaknya warga pendatang yang mengembangkan usaha di bidang perdagangan dan jasa di wilayah Bahodopi, maka sejak beberapa tahun terakhir jumlah warga pendatang yang memiliki usaha di bidang perdagangan dan jasa jauh lebih banyak dibandingkan warga lokal.
Usaha sebagai suplier atau pemasok barang kebutuhan perusahaan pertambangan seperti beras, sayur dan daging ayam juga dilaksanakan oleh warga di desa-desa lingkar tambang sejak keberadaan perusahaan pertambangan di wilayah Bahodopi.Â