Mohon tunggu...
coddink muhammad
coddink muhammad Mohon Tunggu... -

saya laki2 yang punya segudang impian, meski sadar akan keterbatasan saya. semangat adalah api yang senantiasa memberiku daya disaat terpuruk sekalipun. hidup adalah apa yg aku pikirkan, bahwa dunia hanyalah jembatan menuju kehidupan yg lebih kekal yaitu akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ah...Dokter Muda Itu!

13 Februari 2010   05:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

" Maaf, saya tidak bermaksud sok tahu, tapi kayaknya anda sedang memikirkan sesuatu dan itu sangat mengganggu anda !" katanya menyelidik.

Aku diam saja, pandanganku masih bertengger diatas bibir cangkir. " Maaf kalau saya terlalu lancang, saya tidak bermaksud mengusik anda, skali lagi maaf ya !" kembali dia mengomentariku lalu diam. Dengan rasa sedikit penasara, aku mengangkat wajahku perlahan mencari tahu seperti apa wujud gerangan wanita yang tengah berbicara denganku, dan... ASTAGA ?!!!,.... Seketika jantungku berdetak kencang, darahku yang awalnya hanya mengalir pelan tiba-tiba aku rasakan seperti aliran air Situ Gintung yang menghanyutkan puluhan rumah. " Rezky !" tanpa sadar nama itu seketika terucap.

Wanita itu memandangku, dengan pandangan sedikit heran, " anda tahu nama saya ?"

Aku benar-benar grogi, cepat-cepat aku menyulut sebatang rokok untuk mengimbangi rasa kikuk yang tengah menyerangku. Dalam kemelut waktu yang begitu cepat, aku berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja berusaha menutupi dahsyatnya gempa bathin yang tengah bergolak. Perlahan gejolak bathinku perlahan reda, sehingga aku sudah bisa merasakan segalanya menjadi normal kembali.

" Anda sudah lupa dengan saya ?" sekarang giliran dia yang seperti orang kebingungan.

" Apakah, kita pernah ketemu sebelumnya, maaf saya betul-betul lupa ?" Tanyanya heran. Terus terang aku sedikit dongkol, berarti selama ini aku hanya sibuk sendiri memikirkan dirinya, sementara dia sedikitpun tidak pernah memikirkan diriku, bushet, tapi tidak apalah, pikirku. Mungkin saja, ia terlalu sibuk lagi pula pertemuan kami selama ini hanya sekilas, mungkin baginya pertemuan itu tidak ada yang istimewa, beda dengan diriku.

Tanpa basa-basi, kuceritakan segalanya mulai dari awal pertemuan kami di lab. Forensik, hingga perasaan-perasaanku selama ini terhadapnya tanpa ada yang saya tutup-tutupi.

" Seperti itukah ?" ujarnya agak serius. Aku hanya mengangguk.

" Mengapa saat itu anda tidak pernah berterus terang ?" tanyanya kembali.

" Itu dia..., sesuatu yang sampai saat ini belum saya temukan jawabannya !" candaku. Dia hanya tersenyum. Sebuah senyuman yang sudah sekian lama aku rindukan. " Sekarang, semua-muanya sudah saya jelaskan, lalu kamu sendiri bagaimana?"

" Menurut kamu, seharusnya saya bagaimana ?" kembali ia bertanya sembari tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun