Mentari di cakrawala mulai bernyanyi
Bersenandung mengajak rembulan tuk terlelap
Mendorong tangannya meraih mimpi
Yang tak pernah tersentuh jari-jari
Rembulan mulai terlelap
Membayangkan seorang pria dipelukannya
Rambut halus pria itu terjatuh di pangkuannya
Sambil menatap mata, rembulan berkata
Aku tidak pernah bermimpi menyentuh tanganmu
Sang pria tersenyum
Seakan kata tadi adalah kata terindah di hidupnya
Sang rembulan juga tersenyum
Bintik-bintik merah yang ramai mulai terlukis di pipinya
Namun, mimpi tetap jadi mimpi
Sang bintang datang
Awan gemerlap menjadi terang
Hidup yang suram menjadi menyenangkan
Sang pria sumringah menerima cahya bintang
Ia pergi
Ia melepaskan
Ia meninggalkan rembulan dalam kekelaman
Ia tak melihat kesetiaan rembulan
Ia hanya melihat parasnya
Ah, sayang sekali, lelaki itu buta
Meninggalkan hati rembulan yang syahdu
Demi bintang yang tak memberi kenyamanan
Ah, manusia itu buta
Melihat paras saja, tanpa menelisik hati
Ah, sayang sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H