Gerlap malam menggerogoti jalanan
Merah kuning emas membanjiri gedung di kota ini
Namun, mataku masih melihatmu
Tak kuasa aku melupakan wajah itu
Terlalu sadis, terlalu menyakitkan, terlalu menyiksa
Lampion bergoyang ke kiri dan ke kanan
Seiram dengan hembusan air mata pada rambutmu
Seakan melawan waktu
Memberi hidup sebuah pelajaran gaib
Menyiram jiwa yang dulu mati,
Kini membusuk tak jelas bentuknya
Lampu-lampu merah itu meredam cintaku
Amarahku diserap tak bersisa
Tenagaku diisap dengan paksa
Merah marahku memudar
Hitam benciku menerang
Dengan segala ketidakjelasan
Kamu menghasut dunia untuk membenciku
Walaupun demikian, jangan risau
Sebab aku juga mampu melakukannya
Walau hatiku meronta-ronta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H