Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Peralatan Elektronik dari Electronic City, Partner Terbaik dalam Mengabadikan Kenangan Berwisata

10 Desember 2016   22:25 Diperbarui: 10 Desember 2016   23:03 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gili Kondo, bagai pulau pribadi. Foto: dokpri

Selama ini masyarakat hanya mengenal Lombok sebatas pada Gili Trawangan, Pantai Senggigi, atau Gunung Rinjani. Ternyata masih banyak objek wisata di Lombok yang tak kalah menariknya.

The world is a book, and those who do not travel read only a page. Quote yang ditulis Saint Augustine tersebut rasanya tepat menggambarkan euforia yang saya alami saat menjejakkan kaki di Lombok pada Februari lalu. Travelling adalah kesempatan untuk mempelajari banyak hal, seperti kehidupan  masyarakat setempat. Selain itu membuat saya  semakin mengenal diri sendiri.

Bandara Internasional Lombok  yang terletak di Praya, Lombok Tengah menyambut kedatangan saya  dan seorang kawan setelah menempuh perjalanan selama dua jam dari Jakarta.   Di hari pertama ini kami akan menuju Gili Nanggu. Namun sebelumnya kami memuaskan rasa lapar dan dahaga dengan mencicipi Nasi Balap Puyung. Kuliner khas Lombok ini terdiri dari nasi, tumis buncis, suwir ayam pedas, suwir ayam kering, dan ayam goreng. Rasa gurih dan pedas bercampur menjadi satu. Puyung sendiri adalah nama desa di Lombok Tengah.

Butuh waktu sekitar 1,5 jam menuju Pelabuhan Tawun. Selama perjalanan kami disuguhi pemandangan sawah di kiri dan kanan jalan serta  sekumpulan kerbau yang memamah rumput. Masih banyak masyarakat  Lombok yang bertani. Terutama Lombok Tengah yang merupakan wilayah paling subur.

Pelabuhan Tawun, akses penyeberangan menuju Gili Nanggu. Foto: dokpri
Pelabuhan Tawun, akses penyeberangan menuju Gili Nanggu. Foto: dokpri
Setibanya di Pelabuhan Tawun, sebelum menyeberang kami menyewa peralatan  snorkeling dengan tarif Rp 90 ribu. Dalam tempo 15 menit menggunakan perahu motor, kami   menjejakkan kaki di Gili Nanggu. Waktu menunjukkan pukul 13.30 WITA. Kami segera berganti pakaian.  Birunya air laut menggoda kami untuk menceburkan diri. Walaupun panas matahari membakar kulit, sejuknya air  membuat kami ingin berlama-lama di dalamnya.

Satu botol sobekan roti untuk menarik sekawanan ikan agar datang mendekat telah disiapkan guide. Dengan demikian memudahkan kami untuk melihat langsung ikan-ikan kecil aneka warna tersebut. Ketika tangan kami hendak menyentuh kulitnya yang selembut sutra, ikan-ikan itu lari menjauh. Butuh usaha ekstra rupanya. Tenang saja sobekan roti cukup banyak. Masih banyak kesempatan untuk bercanda kembali dengan ikan-ikan menggemaskan itu.

Lelah bergerak di dalam air, kami merebahkan badan di pasir lembut berwarna coklat muda yang tak ubahnya kasur. Kenikmatan itu semakin bertambah saat melihat birunya awan yang berpadu dengan rimbunnya pepohonan di seberang pulau. Kesempatan itu tak kami sia-siakan. Kamera segera diarahkan mendokumentasikan nuansa alam yang tak dijumpai di kota besar. Saat kami berada di Gili Nanggu, hanya beberapa orang yang terlihat snorkeling atau berteduh di saung di tepi pantai. Sementara itu penginapan dan restoran tampak sepi.

Pulau Pribadi

Dibandingkan Gili Trawangan, gili-gili yang lain belum populer di masyarakat. Sarana yang ada pun tak seperti di Gili Trawangan yang dikelola investor asing. Hal itu nyata kami lihat saat mengunjungi Gili Kondo esok harinya. Kami menempuh perjalanan selama tiga jam menuju Sambelia, Lombok Timur. Guide kami telah menyediakan snack mengingat di Gili Kondo hanya ada warung kecil yang menyediakan makanan dengan variasi terbatas.

Penyeberangan menuju Gili Kondo dari Sambelia hanya memakan waktu 15 menit. Di tengah perjalanan perahu motor berhenti. Ternyata tidak hanya kami, ada dua perahu motor lainnya yang melakukan hal yang sama. Berbekal peralatan snorkeling, kawan saya  ditemani guide menceburkan diri ke lautan yang berair tenang. Mata mereka dimanjakan oleh barisan koral. Namun harus ekstra hati-hati. Jika tidak, kulit akan terluka terkena bulu babi dan terumbu karang yang tajam.

Gili Kondo, bagai pulau pribadi. Foto: dokpri
Gili Kondo, bagai pulau pribadi. Foto: dokpri
Sesampainya kami di Gili Kondo, pemandangan pertama yang menyambut kami adalah  pohon-pohon yang mengering dengan rumput yang tak lagi hijau. Saung yang ada tak sebanyak di Gili Nanggu. Luas Gili Kondo pun  tak sebesar Gili Nanggu. Hanya ada satu keluarga yang tinggal di Gili Kondo. Mereka biasanya menitipkan air bersih, makanan, dan kebutuhan lainnya di  perahu motor yang mengantarkan wisatawan. Rumah kecil sederhana yang sekaligus berfungsi sebagai warung itu juga digunakan oleh wisatawan untuk bertukar pakaian.

Namun di luar dugaan kami,  pesona yang disuguhkan Gili Kondo melebihi Gili Nanggu.  Jarak 50 meter dari pantai tampak gradasi air laut berwarna biru muda dan biru tua. Paduan yang apik! Laut bagaikan permadani yang terbentang luas. Langit layaknya kanvas yang siap ditumpahkan berjuta warna. Puas mengejar ikan yang berlari kian kemari, kami beristirahat sejenak di saung. Wisatawan yang datang saat itu hitungan jari. Gili Kondo bagai pulau pribadi kami.

Ayam Bakar Taliwang. Foto: dokpri
Ayam Bakar Taliwang. Foto: dokpri
Perjalanan hari itu ditutup dengan menyantap menu khas Lombok lainnya, Ayam Bakar Taliwang. Taliwang sendiri adalah nama desa di Lombok. Ayam Bakar Taliwang menggunakan ayam kampung kecil dengan rasa yang menggugah selera. Apalagi ditemani sambal terasi dan plecing kangkung. Untuk mengurangi kepedasan yang menggigit  segelas es pandan kelapa siap diseruput.

Gerabah berkualitas ekspor. Foto: dokpri
Gerabah berkualitas ekspor. Foto: dokpri
Tujuan pertama perjalanan di hari terakhir ini adalah Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Lombok Barat. Di desa  tersebut kami  menyaksikan secara langsung tangan-tangan terampil pembentuk gerabah. Awalnya gerabah yang dihasilkan digunakan untuk kepentingan sendiri. Seiring dengan kemajuan pariwisata Lombok, gerabah tersebut bergeser menjadi elemen dekorasi di hotel-hotel. Bahkan tak jarang gerabah tersebut diekspor.

Perhentian berikutnya adalah Desa Sukarara, Kecamatan Jonggot, Lombok Tengah. Desa tersebut dikenal sebagai penghasil tenun. Kaum perempuan sejak kecil diajarkan orangtua menenun hingga mahir. Kemampuan tersebut dijadikan syarat untuk menikah.

Selanjutnya kami menuju Desa Sade, Rembitan, Lombok Tengah yang masih mempertahankan adat Suku Sasak, suku asli Lombok. Sebelum mengelilingi desa kami diminta mengisi kotak sumbangan yang digunakan untuk membiayai operasional desa. Beberapa rumah menawarkan aneka cenderamata khas Lombok kepada para turis yang datang.

Mengabadikan Kenangan

Puas menyelami kehidupan Suku Sasak, kami melanjutkan perjalanan ke  Pantai Kuta dan  Pantai Tanjung Aan yang cukup berdekatan. Berbeda dengan Pantai Kuta yang lebih ramai, Pantai Tanjung Aan terasa sepi. Cocok untuk mereka yang ingin menyendiri.

Pasir selembut tepung di Pantai Tanjung Aan. Foto: dokpri
Pasir selembut tepung di Pantai Tanjung Aan. Foto: dokpri
Tak puas rasanya berwisata tanpa mengabadikan kenangan. Beruntunglah kita yang hidup di era digital. Tak perlu menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, bermacet ria hanya untuk mencari atau membeli peralatan elektronik guna mendukung aktivitas selama berwisata. Cukup berselancar di dunia maya mengunjungi electronic-city.com. Electronic City, the first modern electronic retail store. Electronic City yang telah berdiri sejak 2001 berkomitmen memuaskan keinginan konsumen. Komitmen itu dibuktikan dengan cabang Electronic City yang tersebar di Jakarta, Bogor, Yogyakarta, hingga Balikpapan.

Kemudahan apa yang ditawarkan electronic-city.com? Pertama, kategorisasi produk yang jelas. Ada kategori audio, video, accessories, dan lain-lain. Kedua, EC 24-Hour Repair, yaitu kunjungan teknisi maksimal enam jam dari permintaan. Ketiga, EC Express, yakni pengiriman dan pemasangan unit maksimal enam jam sejak pembayaran diterima.  Keempat, free delivery.

Guna menghadirkan pelayanan yang maksimal untuk para konsumen, electronic-city.com menyediakan customer yang diwujudkan dalam call center, chat online, WhatsApp, sampai BBM. Tak heran pada 2012 Electronic City dianugerahi Corporate Image Award dan berbagai penghargaan lainnya. Jaminan tersebut mendorong saya tak ragu membeli  peralatan elektronik di electronic-city.com. Ada tiga peralatan elektronik yang saya dapatkan untuk menunjang liburan saya bila kembali bertandang ke Lombok, yakni Canon Mirrorless M3, Samsung Galaxy J7, dan power bank Mili.

Canon Mirrorless M3, peralatan elektronik yang tepat dalam mendokumentasikan segala hal yang dijumpai selama berwisata. Sumber foto: http://electronic-city.com/
Canon Mirrorless M3, peralatan elektronik yang tepat dalam mendokumentasikan segala hal yang dijumpai selama berwisata. Sumber foto: http://electronic-city.com/
Canon Mirrorless M3 ini kualitasnya setara dengan kamera DLSR. Canon Mirrorless M3 dengan 24,2 megapiksel ini menghasilkan kualitas foto yang jernih. Selain itu kamera ini sangat mudah dioperasikan, mampu menangkap momen dari berbagai sudut termasuk yang sulit sekalipun. Salah satunya selfie, suatu hal yang wajib dilakukan apalagi saat solo travelling.

Berkaitan dengan vlogging yang marak dilakukan oleh siapapun di manapun mereka berada, Canon Mirrorless M3 ini dilengkapi video full HD. Kamera memberikan auto fokus secara terus-menerus saat melakukan perekaman. Canon Mirrorless M3 merupakan peralatan elektronik yang tepat dalam mendokumentasikan segala hal yang dijumpai selama berwisata.

Samsung Galaxy J7, partner terbaik liburanmu! Sumber foto: http://electronic-city.com/
Samsung Galaxy J7, partner terbaik liburanmu! Sumber foto: http://electronic-city.com/
Keunggulan Samsung Galaxy J7 yang saya sukai adalah  hasil foto yang jelas bahkan ketika cahaya kurang baik. LED depan dan Beauty Mode memastikan tampilan cahaya terbaik. Tak hanya itu, fitur Ultra Power Saving mode mampu mengurangi konsumsi baterai dengan menutup fungsi yang tidak dibutuhkan, memastikan smartphone  tetap aktif saat benar-benar dibutuhkan. Terbayang bukan bila kita berada di destinasi wisata yang minim listrik atau kita lupa charge smartphone. Sebagai seorang blogger, saya tidak ingin menyia-nyiakan pengalaman yang diperoleh selama berlibur. Ketimbang membawa laptop yang cukup berat dan menyita backpack, lebih baik saya tuliskan fitur notes yang tersedia di Samsung Galaxy J7. Samsung Galaxy J7, partner terbaik liburanmu!

Urusan charge, serahkan kepada power bank Mili. Sumber foto: http://electronic-city.com/
Urusan charge, serahkan kepada power bank Mili. Sumber foto: http://electronic-city.com/
Asyik-asyiknya berlibur, tiba-tiba smartphone tidak berfungsi karena lupa dicharge. Mati gaya pasti. Untuk itu saya selalu menyertakan power bank. Dalam perjalanan kali ini saya membawa power bank Mili yang dijamin selalu siap memberikan daya ke smartphone setiap saat. Urusan charge, serahkan kepada power bank Mili.

Tiga hari rasanya berjalan cepat. Masih banyak pesona Lombok yang belum kami jelajahi. Namun kami percaya suatu hari nanti kami akan kembali. Membawa  misi, menyebarkan virus ‘berwisata di negeri sendiri’. Kami yakin perkembangan pariwisata akan membawa efek yang luar biasa khususnya peningkatan taraf hidup  masyarakat lokal. Dengan demikian tidak ada lagi kesenjangan ekonomi antara satu daerah dengan daerah lain di bumi pertiwi ini. 

Sementara orang Indonesia lainnya terpikat dengan keindahan negara tetangga atau negara di belahan dunia lainnya, kami bertumpu pada satu keyakinan. Bahwa Indonesia menyajikan variasi pemandangan yang tak akan dijumpai di manapun. Budaya, kuliner, hingga wisata udara, darat, dan air menjadi paket lengkap yang membius segenap insan untuk melangkahkan kaki ke seantero negeri ini. Ayo wisata di negeri sendiri sekarang juga!

Twitter: https://twitter.com/Ignasia_Kijm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun