Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sandiwara Radio Bermuatan Konten Lokal sebagai Media Sosialisasi Siaga Bencana

17 September 2016   17:53 Diperbarui: 17 September 2016   20:12 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pembicara berfoto bersama pemeran utama sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana

Kekuatan Suara

Komunikasi adalah inti suksesnya penanganan bencana. BNPB menggunakan strategi kehumasan, salah satunya media tradisional yakni kesenian rakyat. Dua minggu lalu BNPB mengadakan pertunjukan wayang golek di Ujung Kulon yang dihadiri lebih dari 10 ribu orang. Sebelumnya BNPB  mengadakan kegiatan serupa di Banyuwangi yang  dihadiri lebih dari 20 ribu orang. Sementara pada 3 September, BNPB mengadakan pertunjukan wayang kulit  di lereng Merapi. Masyarakat sangat antusias.

Kesenian rakyat ini sangat menghibur, membuat mereka tahu tentang bencana. “Tidak usah muluk-muluk mengatakan masyarakat langsung siap mengetahui bencana setelah kegiatan. Di Ujung Kulon anak kelas 6 SD tidak  tahu lagu Indonesia Raya. Bagaimana kalau ditanyakan tentang tsunami dan sebagainya. Itulah pentingnya sosialisasi penanganan bencana yang dilakukan terus menerus,” ujar Sutopo.

Kapusdatin BNPB Sutopo Purwo Nugroho dan penulis roman sejarah Asmara di Tengah Bencana S. Tidjab
Kapusdatin BNPB Sutopo Purwo Nugroho dan penulis roman sejarah Asmara di Tengah Bencana S. Tidjab
Setiap terjadi bencana BNPB  selalu cepat menyampaikan official statement dan mengadakan konferensi pers. BNPB ingin menunjukkan kehadiran negara dalam melindungi masyarakat. Selain itu BNPB membangun media center. Sutopo juga mengirimkan berita kepada kontak 2.000 wartawan yang tersimpan  di handphonenya. Sutopo berencana mengadakan  survei untuk mengetahui  pengaruh sandiwara radio, popularitas program, sukses tidaknya program, pengenalan dan penerimaan masyarakat akan sandiwara radio,  pemahaman masyarakat terkait  jalur cerita, hingga hal yang didapatkan dari sandiwara radio itu. Dengan demikian dapat diketahui keberhasilan sandiwara radio dan efektivitas pemilihan radio.

Bila hasilnya bagus BNPB akan menyelenggarakan lagi dengan  tema yang lebih baik. Selain itu membuat komik  Asmara di Tengah Bencana. Program sebelumnya adalah pembuatan FTV Pesan dari Samudra, kerja sama dengan produser Riri Riza dan Mira Lesmana. Dalam sosialisasinya BNPB selalu menayangkan FTV ini. “Sosialisasi yang kami selenggarakan, diantaranya berkeliling ke sekolah-sekolah,” kata Sutopo.

S. Tidjab menjelaskan, Asmara di Tengah Bencana mengisahkan pasangan yang saling mencintai tapi ditentang oleh keluarga dari  dua belah pihak. Beliau ingin menggambarkan betapa sulitnya pada jaman itu pasangan  menjalin kasih sampai di pelaminan. Namun pasangan ini nekat. Mereka terus menjalin kasih meskipun  gagal ke pelaminan. Momen itu bertepatan dengan meletusnya Gunung Merapi. S. Tidjab ingin memperlihatkan bahwa kisah ini adalah tragedi  yang sangat menyedihkan.

Tak ubahnya  bencana yang merupakan  sebuah tragedi dengan beragam dampak.  Seri awal yang berjumlah 30 akan bebicara mengenai percintaan, seri selanjutnya diisi dengan informasi bencana. “Dramatiknya harus dibangun terlebih dahulu. Sandiwara ini mengandung ajaran moralitas, bahwa rakyat biasa asalkan jujur, setia, dan berkredibilitas tinggi mampu  memberikan sesuatu kepada orang lain,” ujar S. Tidjab, penulis sandiwara radio Tutur Tinular.

Praktisi radio Achmad Zaini menguraikan, sandiwara radio yang digagas BNPB adalah sesuatu yang luar biasa, membangkitkan kembali kerinduan orang-orang yang berusia 40 tahun ke atas. Achamd mencontohkan dirinya saat kecil sering mendengarkan sandiwara radio. Itu nikmat sekali. Kekuatan radio  adalah suara. Suara  itu yang membuat pendengar  berimajinasi. Ia akan membayangkan jalan ceritanya. Imajinasi itu menempatkan pendengar sebagai salah satu tokohnya.  “Faktor lain yang mempengaruhi imajinasi pendengar adalah  karakter,  dialog (dubber), jalan cerita, musik, hingga sound effect,” kata Achmad, seorang radio consultant.

Achmad senang sekali BNPB  memakai sandiwara radio sebagai sarana sosialisasi siaga bencana. Pasalnya sandiwara radio tersebut disiarkan di  daerah  rawan bencana, seperti Merapi dan Kelud. Daerah tersebut biasanya memiliki paparan media yang sangat kurang untuk sosialisasi bencana. Radio adalah media yang paling dekat karena sifatnya personal, bisa masuk ke setiap rumah,  bisa dibawa ke manapun, dan  murah. Namun kelemahan radio adalah  tidak bisa ditembus oleh frekuensi radio profesional. “Di situlah sebetulnya peran radio komunitas dengan jangkauannya,” tutur Achmad, seorang jurnalis.

Radio Merapi yang sangat sukses  dibentuk oleh penyiar di Klaten, Boyolali, dan Magelang pada 2010. Mereka prihatin akan sosialisasi  dan kewaspadaan dini warga yang minim terkait bencana Merapi. Setelah  dimanage dengan profesional, kini radio tersebut menjadi radio utama dalam menyebarkan informasi mengenai Merapi. Faktor yang mempengaruhi efektivitas penggunaan radio sebagai sarana sosialisasi atau edukasi kepada masyarakat, sebagai berikut, pertama, pemilihan jalur cerita.

Achmad sangat senang dengan jalur cerita yang terkait masalah kebudayaan. Mau tidak mau budaya adalah hal yang mudah masuk ke masyarakat serta mudah dicerna dan diingat. Achmad mengusulkan, karena sandiwara radio ini  diputar di seluruh Jawa, ke depan perlu dibuat variasi. Mungkin mengambil alur cerita dari Tanah Pasundan. “Sebab setiap daerah punya fanatisme tersendiri terhadap budaya,” tutur Achmad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun