Apakah kita harus berinvestasi? Harus. Karena kita butuh tenaga kerja yang cukup besar apalagi Indonesia sedang mengalami demographic bonus, penduduk usia muda yang banyak sekali. Negara di manapun menganggap kondisi tersebut sebagai suatu kemewahan. Untuk itu young population harus bekerja dan terus bergerak membangkitkan kembali industri manufaktur, jasa, dan pertanian. Bagaimana menerjemahkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ke dalam implementasi yang kelak bisa dirasakan masyarakat?
Maka dibuat Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan sehingga dimensinya menjadi lebih pendek. Contoh, RKP 2017 memacu kembali pembangunan infrastruktur dan ekonomi untuk meningkatkan kesempatan kerja serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah. Tujuan Bappenas adalah pertumbuhan ekonomi. Itu penting. Persoalannya adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu harus jelas berdampak kepada masyarakat. Maka pertumbuhan ekonomi itu harus berkualitas.
Kita tidak bisa membuka kesempatan kerja tanpa tahu jelas apa yang dikerjakan. Supaya orang bisa bekerja, ciptakan dulu kegiatan ekonominya. Bagaimana menciptakan kegiatan ekonomi? Mencetak uang ala Amerika, memberikan stimulus supaya bisnis berjalan. Dengan demikian ada job opportunity yang menurunkan unemployment. “Sekali lagi kesempatan kerja itu hal yang sangat penting,” kata Bambang yang pernah menjabat sebagai Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan pada 2011.
Ekonomi semakin maju ketika pekerja sektor informal bergerak ke sektor formal. Sektor informal pada saat ini masih diperlukan tapi ekonomi kita harus bergerak maju dengan semakin banyak pekerja berpindah ke sektor formal. Kemiskinan ini menarik. Seseorang dikategorikan miskin jika mengonsumsi di bawah 2.100 kalori pangan. Tugas negara adalah membawa orang miskin keluar dari garis kemiskinan. Itu tidak mudah. Harus didorong ke atas dengan berbagai cara, antara lain cash transfer (bantuan langsung tunai).
Akses terhadap kebutuhan dasar, sanitasi, air bersih, jalan, transportasi, dan listrik menjadi penting. Percuma orang diberi uang cash jika tidak punya akses. Butuh effort lebih. Orang yang baru naik melewati garis kemiskinan sangat rentan kembali lagi ke bawah garis kemiskinan. Maka harus ada akses kredit atau pekerjaan. Pendidikan membuat orang yang berada di bawah garis kemiskinan akan stay di atas garis kemiskinan karena ia bisa bekerja atau berbisnis. “Jadi Anda bisa bayangkan tidak mudah mengatasi kemiskinan di Indonesia. Apalagi data terakhir ada 10,8% dari jumlah penduduk atau 28 juta orang miskin,” kata Bambang yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan pada 2013.
Untuk itu harus dibuat strategi kesejahteraan rakyat. Ada dua jenis kesenjangan, yakni kesenjangan antarwilayah dan kesenjangan antarpokok pendapatan. Pertumbuhan ekonomi mau tidak mau membuat kesenjangan melebar. Kesenjangan itu termasuk kemiskinan. Ada kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Ketimpangan itu berbahaya kalau tidak ditangani dengan baik. Ketimpangan antarwilayah dengan Jawa yang sangat dominan. Ini yang harus dibereskan.
Intinya yang akan dikerjakan Bappenas sekarang dan ke depan adalah mewujudkan pertumbuhan yang berkualitas dengan memperhatikan perlunya konsistensi perencanaan antarwaktu, antarpemerintah dan antarlevel di negara ini (antara pusat, propinsi, kabupaten, bahkan desa). Bahkan desa sekarang harus menyusun Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDesa). Desa diberdayakan sebagai unit yang bisa mengurusi dirinya sendiri dengan dana pada tahun depan bisa mencapai Rp 1 miliar per desa. “Perlu perencanaan yang bagus,” tutur Bambang yang menerima anugerah Bintang Mahaputra Utama dari presiden atas jasanya yang luar biasa dan bermanfaat bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa dan negara.
Kita harus menyadari untuk bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi apalagi yang berkualitas dibutuhkan sumber daya atau uang. Dalam ilmu ekonomi hal tersebut tidak tak terbatas. Semua kebijakan yang diambil harus bersifat optimal. Intinya kata kunci keluarga Bappenas dari pimpinan sampai level pelaksana adalah prioritas. Dalam posisi apapun kita harus bisa menentukan mana yang menjadi prioritas. Ego sektoral ini tidak boleh ada di Bappenas. Sebagai perencana Bappenas tidak boleh berwawasan sempit, harus melihat gambaran langsungnya secara utuh. Melalui alat analisis yang dimiliki dan daya kritis, kita membuat kebijakan yang harus menyeimbangkan rasional dan perasaan (hati).
Bappenas mencoba membuat ulang semua kebijakan yang terkait dengan upaya mengurangi pengangguran, kemiskinan, maupun ketimpangan. Ketika kebijakan itu pertama kali dibuat beberapa saat lalu bagus. Namun seiring dengan perkembangan jaman implementasinya mendatangkan reaksi dari masyarakat. Jangan sampai program ini secara teoritis sudah cocok mengurangi kemiskinan tapi masyarakat menolak. Contohnya, bantuan langsung tunai yang diberikan kepada kepala keluarga. Si bapak memilih membeli rokok ketimbang beras. Untuk itu Bambang mengusulkan pemberian voucher yang hanya bisa digunakan untuk membeli barang kebutuhan, seperti beras, minyak goreng, atau gula.
Baru-baru ini Bambang mendapat tugas baru dari Presiden Jokowi sebagai Chief Investment Officer. Intinya pertumbuhan ekonomi harus naik kelas. Faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia belum kembali ke 5% adalah investasi. Bandingkan dengan investasi tahun 2011 sebesar hampir 11% dengan pertumbuhan ekonomi 6,5%. Meningkatkan investasi tidak mudah. Sulit mendapatkan investor yang mau memasuki infrastruktur dan industri strategis. Di sinilah peran Bambang mendapatkan investasi non-APBN yang dipakai untuk kegiatan ekonomi atau proyek prioritas pemerintah. Tugas lainnya adalah mendatangkan dan mendorong investor yang berfokus pada sisi equity.