Mohon tunggu...
Coach Pramudianto
Coach Pramudianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Human Idea Practitioner

Mentransformasi cara berpikir untuk menemukan kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Sungsang

1 Februari 2022   22:40 Diperbarui: 1 Februari 2022   22:48 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum baru dengan nama prototipe menurut saya sangat keren, karena Mas Menteri belajar dari satu tahapan dari Design Thinking (ini hanyalah sebuah khayalan saya saja). Berhasilnya membangun Gojek dengan Design Thinking ingin diterapkan dalam dunia pendidikan untuk mencetak banyaknya entrepreuners di Indonesia, sehingga banyak sekolah yang mulai ponggah sampai mendirikan sekolah taman kanak-kanak berbasiskan entrepreuners (merengut kebahagiaan dan kebebasan bermain dan berpikir anak). Tidak setiap anak akan menjadi seorang wirausaha.

Tahapan Design Thinking yaitu:

Pertama Empathize. Sebelum seorang Guru mengajarkan kurikulum prototipe, harus memiliki karakter empati atau peduli. Guru harus mampu menggugah peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan: "apa yang Anda lihat di sekeliling?, apa yang Anda rasakan setelah melihat sekeliling Anda? Apa yang membuat Anda tergerak dari apa yang Anda lihat dan rasakan? Apa rencana Anda untuk bertindak?" pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memberdayakan dan memprovokasi cara berpikir kritis para peserta didik.

Kedua, Define. Informasi yang telah dikumpulkan selama tahap empathize, dianalisis dan disintensis untuk menentukan masalah inti yang akan diidentifikasi. Seorang Guru harus mampu mengajak anak berselancar untuk menemukan banyak informasi baik melalui buku, artikel-artikel, data-data dan yang lain, supaya mampu memberikan dukungan untuk memetakan dan menetapkan masalah. Pertanyaan-pertanyaan, "Sumber daya apa saja yang Anda butuhkan? Data seperti apa saja yang diperlukan? Teori-teori apa saja yang bisa mendukung? Bagaimana Anda mendapatkan sumber daya tersebut?"

Ketiga Ideate. Tahap ini merupakan tahap untuk menghasilkan ide. Semua ide-ide akan ditampung guna penyelesaian masalah yang telah ditetapkan pada tahap define. Tahapan ini membutuhkan guru yang memiliki growth mindset, tidak menghakimi, mau mendengarkan hal-hal di luar yang dia pikirkan, memiliki wawasan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan: "Ide apa yang Anda pikirkan? Apa kaitannya ide Anda untuk bisa menyelesaikan masalah di atas? Bagaimana ide itu bisa mempercepat untuk menyelesaikan masalah? Apa yang membuat Anda memiliki pikiran seperti itu? Bagaimana mitigasi risiko dari ide itu? Benar-benar membutuhkan guru yang mampu menari bersama siswa dalam mengelana hal-hal baru. Karena dalam tahap ini sangat penting untuk mendapatkan ide sebanyak mungkin sehingga pada tahap akhir diperlukan penyelidikan dan pengujian ide-ide tadi untuk menemukan cara terbaik agar dapat  memecahkan masalah dengan tepat.

Keempat Prototype. Pada tahap ini akan dihasilkan sejumlah versi produk atau jasa yang diperkecil (bentuk mininya). Prototype ini dapat diuji dalam tim sendiri, atau ke beberapa orang lain. Ketika ada masukan maka dilakukan perbaikan lagi pada prototype ini, sehingga dihasilkan prototype yang benar-benar bagus. Pertanyaan-pertanyaan di sini harus kritis, misalnya "bagaimana jika hal ini tidak berjalan sesuai pedoman? Bagaimana dampaknya jika ditambahkan komponen (variabel) lain? Apa ada yang perlu dikurangkan atau ditambahkan untuk bisa menjadi ideal?"

Bayangkan jika seluruh sekolah setiap tahunnya menghasilkan ratusan prototype apapun itu baik produk mau pun jasa, kita membuat pasar yang luar biasa, maka dunia usaha tinggal melakukan test dan jadilah produk atau jasa yang benar-benar mampu berkontribusi bagi masyarakat. Jika para Guru tidak dipersiapkan maka jadinya hanya "Copy Paste Produk dan Jasa", seperti kebanyakan mahasiswa menulis skripsi dan tesis hanya mengubah variabel, mengubah tempat, dan karya mereka hanya menumpuk di perpustakaan, tidak ada hal yang baru sekadar untuk memenuhi persyaratan gelar.

Pertanyaan-pertanyaan yang memantik sehingga memberdayakan orang lain hanya bisa dipelajari melalui coaching yang benar (baca buku teacher as a coach dan spiderman effect). Sehingga seorang guru harus memiliki kemampuan dan cara berpikit The Coaching Mindset (Client Center, Flexible, Curiosity, Mindfulness, dan New Possibilities), Presence, Active Listening dan Powerful Questioning.

Kelima Test. Dilakukannya pengujian dan evaluasi terhadap produk atau jasa bekerjasama dengan dunia usaha, jika hasilnya belum sempurna bisa dilakukan perubahan-perubahan.

Yang saya bayangkan hanya satu, belajar dengan bahagia (Joyful Learning), para pemangku pendidikan benar-benar tulus dalam berkiprah bagi kemajuan dunia pendidikan, tanpa ada kepentingan pribadi yang dikaitkan dengan politik, para pendidik fokus mengajar dengan bahagia, para profesor melakukan penelitian, tidak sibuk dengan akreditasi, proyek dan yang lain. Setiap pagi Siswa dan Guru ceria untuk memasuki ruang pembelajaran, para mahasiswa dan dosen asyik berdiskusi dan pembelajarannya nyambung dengan dunianya kelak saat bekerja, ini sebuah impian, khayalan di negeri dongeng.

Jalan hidup Anda tidak pernah lurus, bahkan impian Anda kadang hanya sekadar imajinasi, namun saya hidup didorong apa yang saya lihat, saya bertindak karena dikuatkan apa yang saya lihat dan saya mencintai apa yang saya rasakan. Maka terwujudlah imajinasi menjadi kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun