Mesin mungkin tidak memiliki emosi atau bias seperti manusia, tapi mereka juga tidak memiliki pengetahuan moral atau etika. Di balik setiap keputusan yang diambil oleh AI, ada algoritma yang dirancang dan diterapkan oleh manusia.
Ini berarti bahwa kesalahan dan bias manusia bisa saja "menyusup" ke dalam keputusan yang diambil oleh AI.
Maka, meski kita berjuang melawan 'Terminator' lalu lintas dengan bantuan AI, kita perlu tetap waspada.Â
Kita harus berusaha untuk memastikan bahwa AI yang kita gunakan dirancang dan diterapkan dengan etika dan pertimbangan yang matang.
Kita perlu menjaga agar teknologi ini tidak digunakan untuk merugikan atau mengeksploitasi, tetapi justru untuk memberikan manfaat bagi semua orang.
Dalam membangun era baru ini, mari kita jadikan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai penguasa. Kita harus selalu ingat bahwa di balik kemudi kendaraan teknologi, harus ada manusia yang bijaksana dan bertanggung jawab.
"If I had asked the public what they wanted, they would have said a faster horse." - Henry Ford
Yuk, mari kita kembali lagi ke franchise Terminator di awal!
Dalam balada kemacetan yang tampaknya tidak pernah berakhir, kita semua adalah Sarah Connor, berjuang melawan 'Terminator' lalu lintas sehari-hari kita.
Namun, berbekal dengan kekuatan AI, kita bukan hanya sekadar bertahan, kita bisa merevolusi sistem lalu lintas kita sepenuhnya. Sebuah visi dimana kemacetan bukan lagi musuh, tetapi sebuah tantangan yang kita taklukkan bersama.
Dengan sinergi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat, kita bisa mewujudkan dunia di mana AI menjadi instrumen yang menghancurkan kemacetan bukan menghancurkan umat manusia.