Hal ini penting terutama jika Anda membeli produk berharga tinggi atau produk yang berpotensi memiliki masalah kualitas.
Kelima, tetap berhati-hati terhadap penipuan. Meskipun platform telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penipuan, tetap ada kemungkinan penipuan terjadi.Â
Selalu waspada dan jika merasa ada yang tidak beres, sebaiknya hindari transaksi tersebut.
Media sosial atau Social Commerce memiliki potensi besar untuk membangun brand awareness dan memperkuat hubungan dengan pelanggan. Media sosial memungkinkan interaksi yang lebih langsung dan personal dengan pelanggan.
Ini bisa menjadi keuntungan besar, terutama bagi merek-merek baru atau bisnis kecil yang ingin membangun reputasi dan loyalitas pelanggan.
Namun, penjual juga perlu memahami bahwa setiap platform media sosial memiliki karakteristik dan audiens yang berbeda. Misalnya, Instagram dan TikTok mungkin lebih cocok untuk target pasar muda, sedangkan Facebook mungkin lebih cocok untuk target pasar yang lebih tua.
Oleh karena itu, penjual harus memilih platform yang paling sesuai dengan target pasar mereka dan memahami bagaimana cara terbaik untuk berinteraksi dengan audiens di platform tersebut.
Secara keseluruhan, baik e-commerce maupun social commerce memiliki peran dan keuntungan yang berbeda dalam bisnis online. Pilihan antara keduanya sebenarnya tergantung pada jenis bisnis, target pasar, dan tujuan yang ingin dicapai.
E-commerce mungkin lebih cocok untuk bisnis yang lebih besar dan berorientasi pada transaksi, sedangkan media sosial (social commerce) bisa menjadi pilihan yang baik untuk bisnis yang ingin membangun brand dan komunitas.
Namun, alih-alih memilih satu di antara keduanya, bisnis sebaiknya memanfaatkan keduanya dalam strategi pemasaran mereka.Â
Kombinasi antara e-commerce dan social commerce dapat membantu bisnis menjangkau audiens yang lebih luas, membangun brand, dan meningkatkan penjualan.