Mohon tunggu...
Claudius Evan
Claudius Evan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Kompasiana

Hi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Sastra Pragmatik Novel "Merantau ke Deli" Karya Hamka

28 Februari 2022   22:24 Diperbarui: 28 Februari 2022   22:34 2691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis melihat bahwa pantun ini memiliki arti nilai bahwa pahit-manis hidup seorang dalam merantau ke tanah lain patut disyukuri apapun hasil yang diterima.

  1. Efek Kesenangan

"Hampir Leman melompat dari tempat duduknya lantaran kegirangan, lupa dia bahwa Poniem belum jadi istri-nya. Kalau tidaklah karena malu kepada orang yang lalu lintas di sebarang tanah lapang itu, maulah rasanya dia merangkul perempuan muda itu ke dalam pelukannya."  (Hamka, 1939, p. 17)

Leman menunjukkan ekspresi kebahagiaan yang ia rasakan setelah Poniem bersedia untuk menjadi istrinya. Hamka menggambarkan situasi yang dapat dirasakan pembaca melalui kutipan dan percakapan antara Leman dan Poniem, tentang bagaimana keinginan Leman akhirnya dapat terkabulkan.

"Poniem..." ujar Leman. Air mata Leman pun mengalir tidak tertahan lagi. "Poniem, dengan apa jasamu Abang balas?"  (Hamka, 1939, p. 37)

Poniem menumpahkan kepercayaannya dalam hidup berdua dengan memberikan harta emas agar perniagaan Leman bisa dikembangkan. Leman yang sebelumnya bermuka muram karena habisnya uang modal tak cukup kuat menahan rasa bahagianya setelah melihat emas itu. Pembaca dapat memahami kesenangan Leman setelah pergulatan Leman yang berbuah baik berkat bantuan istrinya. Sejak itu, Leman tidak lagi selalu terpaku pada ajaran kampung halamannya yakni berjuang sendiri agar seorang istri hanya dapat 'terima beres', tetapi selalu berdua bahagia dalam berniaga dan berkeluarga. 

  1. Efek Kepedihan

Remuk, bagai kaca terhempas ke batu rasa hati Poiem. Sakit, tetapi ke mana kana diadukan. Telah lepas segala mimpinyam sudah tamat cerita keberuntungannya.  (Hamka, 1939, p. 94)

...

Baru saja suaminya pergi, Poniem masuk kembali ke dalam kamarnya. Di sana dihantamnya menangis sepuas-puasnya. Dia tidur berbaring, kadang-kadang menghadap ke kiri dan kadang-kadang menghadap ke kanan. Langkah Leman sejak meninggalkan rumah sampai tiba di rumah Mariatun hingga mengadakan ijab dan kabul, semuanya itu seakan-akan teradengar di telinganya. Setiap diingatnya, air mata pun timbul pula kembali.  (Hamka, 1939, p. 98)

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun