Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Ketika Cinta Harus Memilih

30 Juni 2024   06:37 Diperbarui: 30 Juni 2024   06:37 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Koleksi Pribadi Claudia Magany

Pak Haji siang itu juga ikut makan bersama kedua tamu kami (Pian dan Ali). Serta merta Pak Haji langsung memberi restu kepada kami berdua sebagai pasangan yang cocok dan serasi. Beliau langsung mengutip peribahasa, "Asam di gunung, garam di laut, bertemu dalam belang. Ini yang namanya dari mata turun ke perut."

"Enak sekali ikannya," puji teman-teman. Ehm! Tentu saja enak, sebab masaknya pakai cinta! Padahal aku masaknya tanpa garam, sebab ikannya sudah asin.

Seperti biasanya, Pak Haji menjelaskan penja atau ikan seribu yang dikaitkan dengan budaya Mandar.

Menurut keyakinan orang Mandar, pada saat hujan atau musim tertentu, ikan ini turun langsung dari langit. Jadi kami menyebutnya ikan "tomanurung" yang dalam bahasa Mandar berarti turun dari surga. Tidak hanya manusia atau dewa-dewi yang diturunkan dari langit, tetapi ikan ini juga tomanurung.  

Habitat ikan ini berada di sungai-sungai yang bermuara di laut dalam seperti Sungai Mandar. Saat akan bertelur, induk-induk penja menuju hulu. Di situ, mereka mengadakan pembuahan di luar. Telur-telur yang terbuahi akan hanyut ke arah laut. Di sana mereka menetas, menjadi dewasa. Kemudian menjalani takdir tradisi pendahulu mereka, pergi menuju hulu untuk kawin. Begitu seterusnya siklus kehidupan ikan penja.

Siang itu hatiku rasanya sangat plong. Sejak pertama kali datang, aku sudah bikin kesalahan waktu disuguhkan minuman teh. Aku tidak pakai acara krepet air sebelum diminum. Percaya atau tidak, teman-teman sangat meyakini bahwa tindakan ini untuk menghindar guna-guna atau jampi-jampi orang Mandar yang katanya terkenal sakti atau berilmu tinggi.

Aku juga sempat curiga, jangan-jangan Pak Haji menitip jampi-jampi sebab beliau sering mengunjungi kami dan suka banget senyum-senyum kepadaku. Dengar kisahnya, kakek ini juga beristri 9 dan masih ingin mencari istri baru. Karena teman-teman putri sudah pada dijodohkan, bahkan ada yang sudah menikah, maka aku selalu menjadi bahan canda bagi mereka.

Dan siang itu aku sangat plong sebab akhirnya latto juga dengan Pian. Kami resmi berpacaran yang disaksikan oleh Pak Haji, teman-teman dan keluarga Pak Desa.

Rutin setiap malam minggu Pian datang mengapel. Orangnya tenang kalem, cenderung pendiam. Jadi setiap kali aku yang inisiatif memancing obrolan. Kalau tidak dipancing, semalaman kami hanya duduk diam-diaman.

Kadang kala dia berujar untuk memecah keheningan, "Taplak mejanya bagus ya." Nanti jeda beberapa menit, dia ulang lagi kalimatnya, "Taplak mejanya cantik ya." Atau sambil mengalihkan pandangan ke vas bunga, ia berujar,"Bunganya cantik, ya." 

Dalam semalam kalimat ini bisa diulang 7 sampai 8 kali. Biasanya Okto yang paling rajin menghitung. Jadi waktu Pian datang apel berikutnya, kami pernah melepas taplak dari atas meja dan menyembunyikan vas bunga untuk melihat reaksinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun