Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Ketika Cinta Harus Memilih

30 Juni 2024   06:37 Diperbarui: 30 Juni 2024   06:37 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tabe, saya Ali mahasiswa KKN yang ditunjuk sebagai Koordinator Kabupaten. Bisa bertemu dengan mahasiswa KKN di desa ini?" tanya Ali.

Ali yang memperkenalkan diri, tapi tanganku malah menjabat tangannya Pian dan memperkenalkan diriku, "Saya Ody, Sastra Indonesia '87."

Sebelum Pian merespon, aku langsung menebak, "Kamu Alvian jurusan Teknik Pertanian, ya?"

Kaget mendengar namanya disebut, Pian menarik tangannya ingin lepas dari genggaman tanganku. Padahal aku sedang merasakan aliran listrik yang mengalir langsung ke lubuk hati. Mukanya langsung merona. Entah malu atau bangga sebab aku menebak identitasnya.

"Oh kita juga mahasiswa KKN ya? Mana kawan-kawan lain?" tanya Ali.

"Mereka sudah keluar semua. Sisa saya sendiri. Karena belum punya program, jadi saya bantu-bantu nenek dan ibu di dapur sambil belajar masak," jawabku sesuai keadaan yang sebenarnya. Maksudnya, sekalian promosi juga kalau aku calon istri yang bisa masak.

Hari itu, akhirnya kami bertiga ngobrol ngalor-ngidul dan langsung akrab. Ternyata Ali dan Pian bersepupu. Paham dengan situasi kami, Ali cukup banyak membantu sepupunya agar 'latto' denganku.

Dalam bahasa gaul orang Makassar, latto bermakna 'jadian' dalam berpacaran. Padahal arti yang sesungguhnya, latto adalah proses ludah atau cairan lain (seperti ingus atau dahak) di dalam mulut yang terlanjur ditelan.

Karena mereka sering datang dan aku paling rajin menemani mereka, akhirnya teman-teman tahu kalau aku dan Tinu sedang pendekatan.

Asam di gunung, garam di laut, bertemu di belanga.

Pian ditempatkan di desa Sabang Subik yang terkenal sebagai daerah penghasil daun bawang. Jadi setiap kali datang, Pian selalu membawa oleh-oleh sayuran. Selain daun bawang, pernah ia membawa tomat keriting dan cabe rawit. Hari itu juga aku langsung mengolah ikan penja kering dengan sayur-sayuran yang dibawa Pian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun