Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Ketika Cinta Harus Memilih

30 Juni 2024   06:37 Diperbarui: 30 Juni 2024   06:37 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulitnya warna sawo matang. Tinggi 186 cm, berbadan tegak. Di bawah mata kiri ada tahi lalat kecil. Kumisnya malu-malu tumbuh. Seperti kumis Jengis Khan, hanya penuh di ujung. Tapi senyumnya manis sekali dan terasa adem.

Singkat kata, kami bertemu saat menunggu pete-pete sebab tempat tinggal kami searah. Dia di Km 12, aku di Km 22. Dalam pete-pete, dia duduk di dekat pintu. Aku duduk persis di belakang sopir, jadi bisa mengamati dari dekat. Sayangnya, belum sempat berkenalan, dia sudah turun sebab jarak dari kampus ke rumahnya hanya 2 km.

Pada malam pemberangkatan, kulihat keluarganya mengantar dia. Rupanya Pian mengambil postur dari papanya yang tegap dan sangat berwibawa.

Pagi ketika kami tiba di terminal terakhir pasar Tinambung, Novi sahabatku (mahasiswi Sospol), melanjutkan perjalanan dengan pete-pete. Ia ditempatkan di desa Lembang-lembang di Kecamatan Limboro. Ternyata mereka satu pete-pete. Entah kebetulan atau memang diniatkan sebab Pian tahu kalau aku dan Novi duduk sebangku dalam bus.

Melihat mereka melanjutkan perjalanan, aku hanya mendesah pesimis, "Belum juga kenalan, sudah dipisahkan. Mungkin bukan jodohku."

***

Tinggal selokasi dengan teman-teman baru selama 3 bulan ke depan, aku langsung membayangkan, mungkin salah seorang dari mereka adalah jodohku. Memang sih ada Oktavianus (mahasiswa FKM) yang sehari-hari sangat setia menemaniku kemana-mana.

Secara usia, aku jauh di atas dia, sebab aku masuk kuliah agak telat sedangkan dia waktu masuk SD mencuri umur karena terlalu muda. Lagi pula setelah menyusuri nenek moyang kami, ternyata masih ada ikatan tali keluarga yang sebetulnya cukup jauh. Namun di Sulawesi Selatan yang memakai sistem sepupu satu kali, sepupu dua kali dan seterusnya, hubunganku dan Okto termasuk sepupu sekian kali atau banyak kali. Kesimpulan, hubungan kami berdua hanya sebatas persaudaraan.

***

"Assalamualaikum," sapa seseorang dari luar.

Seperti melihat setan, aku terpaku melihat kedua tamuku yang berdiri di depan pintu. Mataku lekat mengawasi Pian dari ujung rambut ke ujung kakinya. Temannya langsung melambaikan tangan ke depan mukaku seperti hendak membuyarkan lamunanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun