Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Samba Ria

27 Juni 2024   05:00 Diperbarui: 27 Juni 2024   06:23 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumen Pribadi Claudia Magany

Tak lama kemudian, satu persatu pemilik sandal bermunculan dari arah laut. Laki perempuan, tua muda, banyak juga. Semuanya pada memakai sarung. Melihat diriku juga bersarung, mereka menganggukkan kepala sambil senyum-senyum seperti menahan tawa. Beberapa dari mereka ada juga yang memberi salam.

Pagi yang harusnya dingin karena embus angin, terasa hangat karena penduduk desa sangat ramah menyapa kami. Hati dan pikiran juga terasa plong sebab urusan ini menjadi masalah besar buatku pribadi selama KKN di desa ini. Waktu itu pemerintah daerah baru merencanakan pembangunan PAM. Rumah-rumah juga belum punya WC. Maka urusan mengosongkan isi perut menjadi masalah besar buat kami yang terbiasa tinggal di kota.

Setiba di rumah, Pak Desa dan teman-teman terkejut melihat kami berdua datang dari arah sungai sambil menyampirkan sarung di bahu. Mukaku terlihat masih lecek seperti bangun tidur, tidak seperti Okto yang terlihat segar habis mandi di laut.

Okto menjelaskan secara singkat bahwa kami ke laut dan belajar memanfaatkan sarung, bukan habis meronda. Memang benar, selama ini aku tahunya fungsi sarung hanya untuk menari, sembahyang dan pelengkap busana daerah. Oh ya, sarung juga untuk tidur seperti kebiasaanku. Atau waktu kecil dulu, aku juga suka bermain hantu-hantuan pakai sarung. KKN di wilayah Mandar yang terkenal sebagai penghasil sarung tenun terbaik, aku jadi belajar memanfaatkan sarung untuk fungsi lain. Tepatnya sebagai bilik pelindung dalam keadaan darurat.

Sambil menjelaskan secara garis besar tentang sarung, aku juga meragakan cara pemakaian sarung. Dilanjut dengan peragaan membuat lubang darurat memakai tumit yang membuat mereka terbahak-bahak. Aku sengaja gayaku berputar-putar sambil menggoyangkan pinggul dan bernyanyi, "Goyang samba.. putar-putar!"

Kisah kami pagi itu telah membuat teman-teman menjadi penasaran. Sorenya kami kembali ke pantai, kali ini beramai-ramai. Kami latihan bersama menggali lubang dengan tumit, jongkok diri, jongkok diri (agar tidak kram kalau terlalu lama nongkrong). Lalu menggeser kaki untuk menutup lubang. Ada 2 cara untuk menimbun. Bisa sambil jongkok, bisa juga sambil berdiri. Secara mental, sebaiknya sambil jongkok. Jadi kita tidak melihat isi di dalam lubang. Tapi tiap individu punya pilihan masing-masing.

Sejak temuan hari itu, pergi ke laut menjadi acara favoritku. Kapan saja keinginan melepas muatan dalam perut, bisa langsung kabur ke laut. Kecuali kalau keadaannya sangat mendesak, terpaksa lari ke semak-semak di belakang rumah. Maklum kecepatan gejolak dalam perut, tidak bisa diukur secara matematika. Terkadang bisa melebihi kecepatan cahaya, sebab belum dipikir sudah keluar.

Kode untuk minta ditemani ke laut, cukup menggerakan kaki kanan seperempat lingkaran beberapa kali. Dijamin, teman-teman langsung mengerti kode ini. Reaksi mereka langsung senyum-senyum menahan tawa. Tanpa diminta, Okto atau teman lain selalu siap menemani kami mahasiswa putri yang harus pergi ke pantai.

Dibanding sungai yang airnya mengalir deras dan berbahaya, atau semak-semak yang suka dilewati ular, pantai menjadi alternatif terbaik sebagai tempat tujuan pembuangan akhir sambil merenung.

Malam hari bisa sembari mengamati bintang dan benda-benda langit. Pagi hari, bisa memandang laut lepas menghitung perahu sandeq yang melintas di kejauhan. Atau sore hari memandang ke arah barat menyaksikan matahari tenggelam. Siang hari, sebaiknya dihindari. Kecuali kalau memang terpaksa banget. Maklum, kalau siang panasnya luar biasa. Panas dari langit, dari laut dan dari pasir itu sendiri.

Kegiatan rutin ini, menjadi pengalaman kocak masa-masa KKN. Upacara jongkok bareng-bareng (jongkok massal) di pantai dengan pikiran masing-masing. Menyatu dengan alam yang sangat alami. Tak perlu alat bantu seperti pacul dan lain-lain. Cukup goyang kaki putar-putar gaya samba. Proses dari alam kembali ke alam. "Akhirnya ke laut... " (Bengawan Solo karya Gesang).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun