Tulisan ini adalah hasil dari curhatan teman yang sering bercerita tentang bagaimana mereka berkutat dengan skripsi dan berbagai macam permasalahan yang ada di dalamnya.Â
Oke kita mulai ceritanya. Salah satu teman bernama Ajeng (nama disamarkan), pernah bercerita bahwa dia hampir menyerah mengerjakan skripsinya. Loh kok bisa ? Ada apa dengan Ajeng dan skripsinya?Â
Ajeng memulai penelitian untuk skripsinya bulan September 2018. Ajeng meneliti tentang financial technology tepatnya penggunaan e-money. Perjuangan Ajeng dalam mengerjakan skripsinya ternyata mengalami jalan yang dapat dikatakan rumit. Memiliki dosen yang menerapkan komunikasi satu arah.Â
Hah satu arah? Gimana tuh? Iya komunikasi satu arah, jadi Ajeng sama sekali tidak pernah bimbingan tatap muka melainkan dia harus meletakkan draft skripsinya di meja dosen dan akan mengambilnya jika sudah ada pemberitahuan dari dosen.Â
Penelitian Ajeng berjalan satu tahun dengan progress yang sangat mengkhawatirkan. Bisa dibilang Ajeng stuck disitu-situ aja. Ajeng sering bercerita ketika bagaimana dirinya mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan dari dosennya.Â
Draftnya di coret berkali-kali, hingga kata-kata yang sedikit kurang pantas pernah dilontarkan kepada Ajeng. Kala itu terlihat raut wajah Ajeng yang stress, menangis, hingga dia penah bercerita jika dirinya memiliki pikiran untuk suicide.Â
Ajeng mulai bangkit dari keterpurukannya, hingga memutuskan untuk pindah dosen lain pada September 2019. Kini progress skripsinya sudah berjalan, kita doakan yah Kompazianer agar tugas akhir Ajeng segera selesai.
Nah menanggapi cerita Ajeng, ternyata terdapat beberapa permasalahan mental yang sering dialami mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhirnya. Dilansir dari halaman halodoc.com, ada 4 gangguan mental yang rentan dialami oleh mahasiswa, khususnya tingkat akhir.
1. Depresi
Riset American Psychological Association mengatakan bahwa kasus gangguan mental pada mahasiswa mengalami peningkatan 10 persen dalam 10 tahun terakhir yakni sampai tahun 2018. Menurut riset tersebut ada beberapa hal yang menjadi faktor mahasiswa mengidap depresi, diantaranya adalah kurangnya manajeman waktu dalam membagi waktu antara kuliah dan bermain.Â
Selain faktor tersebut, ternyata ada lagi loh faktor yang lainnya, yaitu merasa memiliki persaingan antar teman. Nah persaingan ini menjadikan mahasiswa menjadi minder sehingga tidak memiliki rasa percaya diri akan kemampuannya.Â
Buat kamu yang sering merasa minder, yuk membuka hati untuk bercerita ke temanmu atau ke keluargamu. Jangan menyimpan masalah sendiri ya, seolah-olah kamu dapat mengatasinya karena jika kita tidak mampu mengatasinya, itu akan mengarah ke depresi.
2. Insomnia
Apasih insomnia itu ? Kok banyak yang update di sosial media mereka dengan kata "aduh aku insomnia nih, ngga bisa tidur". Eiiittsss insomnia ternyata memiliki lebih dari kata "tidak bisa tidur" loh. Siapa tau memang saat itu saja kamu ngga bisa tidur. Insomnia sendiri memiliki gejala yang dapat ditandai dengan sulit tidur atau tidur tidak nyenyak sehingga dapat mengakibatkan penderita insomnia mudah marah dan depresi.Â
Selain itu gejala insomnia dapat memicu gejala lain yakni mudah mengantuk di siang hari, mudah lelah saat beraktifitas, dan sulit fokus dalam beraktivitas. Penyebab insomnia sendiri memiliki beberapa faktor yakni stress, depresi, gaya hidup tidak sehat, dan pengaruh obat-obatan tertentu. Hal ini tentu banyak dialami mahasiswa tertutama mahasiswa tingkat akhir.Â
Belajar dan mengerjakan tugas terkadang sering dilakukan oleh mahasiswa hingga larut malam. Kebiasaan ini dapat membawa dampak buruk bagi kesehatanmu loh Kompasianer, karena dapat membuat kamu kekurangan waktu untuk istirahat sehingga dapat membuat otak terasa lelah yang kemudian berakibat pada sulitnya berkonsentrasi dan berpikir dengan baik.Â
Mulai sekarang yuk mulai mengatur waktu antara belajar atau mengerjakan tugas dan bermain agar terhindar dari insomnia yah Kompazianer.
3. Rasa Cemas Berlebihan
Coba deh kamu rasakan kembali, apakah kamu sering merasa cemas berlebihan ? Karena ternyata cemas berlebihan itu ngga baik loh Kompazianer. Kok bisa ? Rasa cemas berlebihan atau anxiety disorder dapat mengganggu aktivitas sehari-hari yang bisa bikin kamu tidak dapat menjalani hidup dengan mudah, karena selalu saja merasa sulit padahal kan belum dilalui.Â
Gangguan kecemasan nyatanya tidak dapat disepelekan juga loh, karena akan menyebabkan gangguan fisik hingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Mahasiswa biasanya mengalami kecemasan yang berlebihan karena merasa mendapatkan tekanan akademis maupun kehidupan sosial.
4. Gangguan Makan
"ihh kamu kurusan yah, pakai diet model apa?"
"waduhh makanan di perantauan enak yah, subur nih sekarang"
Siapa yang sering dapet omongan kayak gitu guys? Berat badan naik atau turun ternyata perlu diwaspadai loh Kompazianer, bisa saja itu karna gangguan makan.Â
Gangguan makan merupakan salah satu penyebab gangguan mental yang paling sering terjadi pada mahasiswa. Apalagi jika kamu tidak menyadari ada perubahan pada pola makan kamu, seperti makan menjadi lebih banyak atau terlalu sedikit.Â
Jika kamu merasa mengalami gangguan makan yang terlalu sedikit, coba sedikit memaksa diri untuk kembali pada pola makan seperti awal ya Kompazianer.Â
Nutrisi dan gizi harus tetap dipenuhi yah karena dapat membantu kamu untuk lebih mudah menjalani aktivitas dengan sehat. Ingat yah seberapa berat masalahmu, makan harus tetap nomor satu!
(cla/mrth)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H