Mohon tunggu...
CLARA OKTAVIA PRATIWI
CLARA OKTAVIA PRATIWI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Nama : Clara Oktavia Pratiwi NIM : 43222010001 Jurusan : S1 Akuntansi Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Behavioral Conditioning Ivan Pavlon dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

15 Desember 2023   01:02 Diperbarui: 15 Desember 2023   01:03 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun teori pengkondisian klasik tidak ditemukan oleh para psikolog, namun teori ini mempunyai pengaruh besar terhadap psikologi pemikiran  yang lebih dikenal dengan behaviorisme. Behaviorisme berasumsi bahwa semua pembelajaran terjadi melalui interaksi dengan lingkungan, dan bahwa lingkungan dapat mempengaruhi perilaku. 

Pavlov melakukan penelitian pada anjing yang disebut Pavlov's Classical Conditioning. Dr. Pak Sanrock menjelaskan bahwa ia memperoleh respon stimulus terkondisi (CR) dengan memberikan stimulus bel (stimulus terkondisi (CS)) dan  stimulus makanan tak terkondisi (UCR) secara bersamaan. Begitu mereka terbiasa mendengar bel sebagai isyarat makan, mereka akan mulai berbunyi secara otomatis (Santrock, 2021). 

Kajian yang dilakukan oleh Pavlov tersebut di atas merupakan salah satu contoh teori behavioral yang menyatakan bahwa perubahan tingkah laku terjadi akibat  rangsangan yang dialami seseorang. Stimulasi dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran. Ketika menerapkan teori ini di sekolah, guru memberikan pengajaran dengan harapan dapat mengubah perilaku siswa, apapun keadaan pikiran siswa. Namun, mungkin juga terdapat kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. Pengkondisian Pavlov klasik juga dapat digunakan untuk mengukur emosi manusia. 

Menurut psikologi perilaku, belajar adalah pengendalian instrumental yang diperoleh melalui lingkungan. Pembelajaran manusia bergantung pada faktor kontingen yang disediakan oleh lingkungan (Siregar, 2010). Watson, orang Amerika yang pertama kali menerapkan teori Pavlov, menyimpulkan bahwa perubahan perilaku dapat dicapai melalui pelatihan/pembiasaan respons terhadap rangsangan (Santrock, 2021).

Menurutnya, stimulus dan respon harus berbentuk perilaku yang dapat diamati. Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi selama pembelajaran dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui (F. Andriani, 2015). 

Dengan kata lain teori belajar behavioral adalah teori yang mengamati sesuatu dan mengubah tingkah laku seseorang berdasarkan rangsangan dan tanggapan yang terjadi selama proses belajar. Pavlov menunjukkan bahwa melalui paradigma pengkondisian klasik,  anjing dapat dilatih untuk mengeluarkan air liur karena rangsangan pendengaran daripada rangsangan aslinya (makanan). Ini terjadi ketika Anda memberi makanan pada anjing Anda sebagai insentif untuk mengeluarkan air liur dan menekan bel atau bel berulang kali. Pada suatu saat, anjing  akan mulai ngiler ketika mendengar bel atau bunyi bel, meskipun pemiliknya tidak menampakkan atau memberikan makanan kepada anjingnya. 

Di sini kita dapat melihat bahwa stimulus makanan berubah menjadi stimulus suara dan menunjukkan respons yang sama -- produksi air liur. Paradigma pengkondisian klasik ini merupakan paradigma perilaku dengan bentuk berbeda-beda yang mewakili serangkaian perilaku berbeda. Pengkondisian klasik  juga dikaitkan dengan sistem saraf dan otot yang tidak disengaja. Oleh karena itu, emosi muncul melalui pengondisian klasik. 

Teori klasik pembelajaran terkondisi  mengacu pada urutan prosedur pelatihan di mana satu stimulus dan beberapa rangsangan muncul untuk menggantikan yang lain dalam pengembangan suatu respons. Prosedur yang dikembangkan oleh Pavlov ini disebut klasik karena memiliki preseden sejarah. Kata "klasik" dalam nama teori ini digunakan hanya untuk mengenali karya Pavlov, yang dianggap paling awal dalam bidang pengondisian. Dari eksperimen Ivan Pavlov tersebut dapat ditarik kesimpulan hukum belajar menurut Ivan Pavlov adalah:

  • Hukum pembiasaan yang dituntut atau yang disebut dengan Law of Respondent Conditioning, dan
  • Hukum pemusnahan yang dituntut atau yang biasa disebut dengan Law of Respondent Extinction.

BAGAIMANA FENOMENA KORUPSI DI INDONESIA?

Korupsi sepertinya sudah menjadi budaya yang mendarah daging di negara kita tercinta, Indonesia. Sebagai negara yang menjaga adat dan budaya ketimuran serta menjunjung tinggi  nilai moralitas dan kejujuran, sungguh menyedihkan mengetahui  negara ini menduduki peringkat kedua negara terkorup di kawasan Asia-Pasifik. 

Kasus korupsi  dianggap sebagai kejahatan luar biasa di Indonesia karena dapat menimbulkan banyak akibat. Mulai dari perekonomian negara, kesejahteraan warganya, perwujudan hak asasi manusia, hingga akses terhadap kebutuhan dasar warganya. Ironisnya,  kasus korupsi tak kunjung berkurang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun