Peristiwa RMS dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu antara lain pertentangan antara golongan unitaris dan federalis serta ketidakpuasan terhadap proses kembalinya RIS ke NKRI. RMS sendiri berkeinginan untuk mempertahankan NIT sebagai negara federal. Namun, Pemerintah Indonesia akhirnya berhasil menumpas dengan cara diplomasi dan militer. Peristiwa ini masuk ke perubahan sosial yang direncanakan karena RMS ingin memisahkan diri.
Masih di rentang tahun yang sama, muncul Gerakan separatis di Indonesia yaitu PRRI. Singkatan dari Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat seperti Pemerintah pusat yang dianggap mengistimewakan Jawa dalam pembangunan daerah. Gerakan ini dipimpin oleh beberapa tokoh, Â Letnan Kolonel Ahmad Husein, Mr.Sjafruddin Prawiranegara, dan Mr. Assaat Dt. Mudo.
PRRI bertujuan untuk menuntut adanya pemerataan Pembangunan serta ekonomi, antara pulau Jawa dan pulau lain. PRRI juga menuntut adanya pembubaran cabinet Djuanda dan otonomi daerah yang adil. Peristiwa ini masuk ke perubahan sosial yang besar dan direncanakan karena berdampak kepada Masyarakat banyak. Kurang lebih ada 20 ribuan korban jiwa, perpecahan antar daerah, dan terjadinya inflasi serta deflasi di beberapa daerah.
Berbicara tentang Gerakan separatis, hadirnya Perjuangan Rakyat Semesta atau yang disingkat sebagai Permesta. Permesta merupakan Gerakan separatis militer, pada 2 Maret 1957. Dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual. Permesta dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat serta kebijakan yang ada.
Pemberontakan ini terjadi dalam waktu yang bisa dibilang tidak singkat. Terjadi selama beberapa tahun, 1957-1961. Permesta sendiri bertujuan menuntut otonomi dan desentralisasi, serta agar kebijakan politik dan ekonomi pemerintah pusat memperhatikan aspirasi daerah luar Jawa. Peristiwa ini masuk ke perubahan sosial yang direncanakan karena banyaknya korban jiwa, hubungan antar daerah juga menjadi renggang.
Peristiwa pemberontakan terakhir namun tidak pernah dilupakan, G 30 S/PKI. Peristiwa ini sangat bersejarah dan terjadi pada 30 September sampai awal 1 Oktober 1965. Dipimpin oleh DN Aidit, ketua PKI. G 30 S/PKI sendiri bertujuan untuk mengkudeta pemerintahan Presiden Sukarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.
Peristiwa ini terjadi bukan tanpa sebab, dilatarbelakangi salahsatunya karena usulan PKI untuk membentuk angkatan kelima yang menjadikan buruh dan petani sebagai kekuatan militer untuk mendukung operasi-operasi militer (dilansir dari Sindonews) Namun, dampak yang terjadi tidak main-main. Adanya pembataian yang diperkirakan sampai ratusan hingga ribuan jiwa, membuat trauma mendalam bagi Masyarakat Indonesia membuat peristiwa ini sebagai perubahan sosial structural dan besar.
Semua pemberontakan yang menyebabkan adanya perubahan ini telah menimbulkan disintegrasi bangsa. Sudah berulang kali bangsa Indonesia terpecah belah hanya karena adanya perbedaan pendapat dan ideologi. Dari perubahan yang ada, tidak sedikit korban jiwa, belum lagi kerugian secara ekonomi, infrastruktur, dan militer. Membuat bangsa Indonesia memakan waktu yang lama untuk berkembang.
Perubahan sosial memang diperlukan demi kemajuan manusia. Namun, tidak dipungkiri kalau kadang dampaknya juga mengerikan bagi manusia. Ada yang menjadi terpecah belah, bahkan sampai memakan korban jiwa. Sangat disayangkan bahwa perubahan sosial dalam prosesnya melibatkan kekerasan. Tetapi jika tidak adanya kekerasan, mungkin pengaruh yang ada juga tidak terlihat.
Sebagai kesimpulan, perubahan sosial pasti akan terjadi dan terus terjadi. Tanpa kita sadari maupun secara sadar. Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial. Kita akan terus berkembang. Hal yang bisa lakukan adalah mengatur diri untuk menyikapi perubahan yang ada, karena kita tidak akan pernah bisa mencegah perubahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H