Demikianlah rumah tua itu pula
Â
Â
Di halaman rumah tua, Keduanya berdiri agak rapat, Â Â Â Â
Pria itu menjulurkan tangannya, membelai rambut yg tak lagi lebat
Keduanya bertatap mata hebat, sangatlah hebat
Aku mencintaimu gadis kecilku
Kata pertama  setelah ratusan purnama berlalu
Gadis itu memejamkan mata, tetesan air menyibakkan pipinya
: semua menua kecuali cinta kita
Janganlah pergi lagi, mari menimati sisa usia iniDi teras rumah tua, pada sebuah bahu Gadis itu menyenderkan kepala
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!